19. Crying alone

3K 224 44
                                    

"Aku mencintaimu,"

Jungkook melepaskan ciumannya. Nafas pemuda itu terengah. Entah sudah berapa lama mereka berciuman. Hingga Jungkook lupa nikmatnya menghirup sumber kehidupan. Ia menatap kearah ranum merah Mirae yang sudah bengkak dan basah karenanya.

Dengan hati-hati Jungkook kembali membelai ujung bibir Mirae. Ia tersenyum puas dan bangga menatapnya."Aku mencintaimu, sangat. Kim Mirae,"akuinya lagi dengan tulus.

Mirae tersentak saat mendengar itu dari Jungkook. Harusnya ia biasa saja saat mendengar itu. Jungkook sering kali mengatakannya. Tapi, kenapa kali ini ada yang berbeda. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan dirinya?

Ciuman pertama Mirae dan juga Jungkook. Mirae bahkan tidak bisa mendeskripsi bagaimana rasanya saat seorang pria menyentuh bagian dari dalam dirinya untuk pertama kali. Hatinya bergetar hebat. Ada rasa seperti tersendiri yang menyiksanya.

Saat kesadarannya kembali. Saat jarak itu masih begitu intim. Saat kedua lengan jungkook masih bersandar dengan nyaman melingkari pinggang dan juga punggungnya. Mirae mendorong tubuh Jungkook. Ia melepaskan diri dari belenggu kegalauan itu.

"Kau melewati batasmu. Jeon,"kecamnya dengan nafas yang menderu. Mirae hampir saja kehilangan pasokan udara didalam tubuhnya.

Jungkook menciumnya. Iya, menciumnya. Dan untuk pertama kalinya bagi Mirae merasakan. Mirae hampir saja terbuai dan terbodoh lebih jauh oleh harum tubuhnya yang perlahan seperti sebuah candu. Harum yang menyeruak penghidunya dan merusak kinerja otaknya.

"Kau memberiku celah. Dan aku ingin masuk didalamnya dengan memberimu kenyamanan. Naluriku ingin merengkuh dan menyentuhmu disaat kau menangis dan begitu rapuh. Salah jika aku menciummu? Kau adalah calon istriku,"kata pemuda itu.

"Calon istri?"Mirae tersenyum miris mendengar itu dari Jungkook. Sekilas ia jadi teringat bagaimana Jungkook baru saja mempermainkan harga dirinya di depan mantan kekasihnya."Kau berkata seakan hubungan kita terikat dengan sebuah perasaan. Kau bermain-main dengan perasaan itu. Sedang kau mengatakan kepada wanitamu jika pernikahan kita hanya selembar kertas saja. Kau buat dirimu nyaman dengan mereka sedangkan pernikahan kita kelak hanya sekedar relasi bisnis saja. Tidak lebih!"

Mirae membuang muka dengan kecewa. Ia menilik dedaunan yang basah akibat rintik hujan. Tubuhnya pun ikut basah. Ia meremas ujung gaunnya yang hanya panjang selutut saja. Lalu ia kembali menatap tajam kedua netra Jungkook.

"Kau mendengarnya? Kau marah? Atau kau cemburu?"tanya Jungkook menuntut. Ia kembali mendekati Mirae dan mencoba memegang pergelangan tangannya. Namun segera ditampik kasar oleh gadis itu.

"Marah? Cemburu?"Mirae menatap Jungkook dengan nyalang."Aku muak denganmu Jeon! Sebegitunya kau ingin mendengarkanku mengatakan kata 'cemburu' dengan semua itu. Kau hanya bermain dengan keegoisanmu tanpa memikirkan kondisiku,"

Jungkook menunduk. Ia menatap genangan air yang ia pijaki diatas rerumputan. Perlahan rintik hujan itu berubah menjadi deras. Jungkook kembali menatap Mirae dengan kedua bola mata yang sudah basah akibat tetes air hujan yang bercampur dengan airmatanya.

"Maafkan aku jika aku mempermainkan perasaanmu tanpa tau kondisimu saat ini. Aku egois, aku tau. Aku hanya tidak ingin menikahimu atas nama bisnis saja. Aku mengharapkan lebih dengan kau pun menyukaiku. Maaf karena aku terlalu memaksamu dengan hubungan ini,"ungkap pemuda itu dengan sayu.

Hati Mirae seakan tercubit. Rasanya seperti diremat dengan kuat. Ia tidak nyaman mendengar penuturan itu dari Jungkook. Seharusnya ia maupun Jungkook tidak merasakan rasa sakit dari perjodohan pernikahan mereka.

Jungkook berhak bahagia dan Mirae berhak menentukan pilihannya. Tapi entah kenapa saat keduanya dipersatukan dengan perjodohan. Mereka saling menyiksa dan memaksa perasaan mereka masing-masing. Untuk bersatu namun saling menyakiti.

Cinderella or Monster ✔️ [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang