(+) 3

58 17 4
                                    

14:01

Nadiya : Reyhan, aku tahu kemarin itu kamu.

Nadiya : Kamu kembali, aku senang, aku kangen

Nadiya : Temui aku sekarang di pantai waktu dulu, kita perlu bicara han

15:02

Nadiya : Han aku udah sampai

Nadiya melirik arloji yang ada di pergelangan tangannya. Sudah dua jam lalu Nadiya mengirimkan beberapa pesan untuk Reyhan dan nyatanya pesan itu belum juga terbaca padahal Reyhan sedang online.

Apakah Reyhan sedang sibuk, atau sengaja tidak mau membaca chat dari Nadiya?

Nadiya kembali melirik arlojinya, ia pikir masih ada beberapa jam lagi untuk bertahan di tempat itu.

Nadiya berusaha untuk terus berpikiran positif, menyemangati dirinya agar lebih sabar untuk menunggu yang belum tahu pasti keberadaannya.

Nadiya melangkahkan kakinya masuk ke area pantai. Di sini lah Nadiya meminta Reyhan untuk menemuinya. Menanyakan banyak hal yang ingin Nadiya tanyakan. Hubungan mereka yang belum jelas mau dibawa kemana.

Dan ini lah waktu yang tepat setelah minggu lalu Nadiya memilih mendiami keadaan yang memang tidak baik-baik saja. Ia pikir Reyhan butuh istirahat untuk sendiri agar dirinya merasa lebih baik. Apalagi setelah lama hilang kabar sampai membuat Nadiya terlihat seperti orang asing di lingkungannya.

Nadiya yakin Reyhan masih memiliki perasaan yang sama untuknya hanya saja Nadiya tidak tahu apa mau cowok itu.

Waktu terus berjalan sang mentari mulai menghilang sampai tercipta senja yang mampu menenangkan hatinya sejenak.

Han kamu dimana sih?

Nadiya memilih duduk di pasir putih setelah mengitari pantai seorang diri. Ia menekuk kedua kakinya dan meletakkan dagunya di atas lutut.

Please, kamu harus datang.

Kalua diingat-ingat kisah percintaan Nadiya dengan Reyhan terlalu menguras pikiran dan batinnya, berbeda dengan mantan kekasihnya yang to the point ke intinya walau ujung-ujungnya Nadiya yang tersakiti. Tapi, dengan begitu Nadiya merasa hal itu sudah biasa. Sayangnya hal itu tidak berlaku dengan Reyhan. Cowok itu terlalu berbeda.

Capek? Jangan ditanya, dalam menjalin hubungan pasti ada pase dimana raga dan jiwa ini ingin mengakhiri semuanya sampai di sini, namun bukan itu tujuannya dari awal untuk memulai sebuah hubungan. Melainkan, dimana kita bisa berada di titik tertinggi dari sebuah kebahagiannya.

Tapi semua harus tahu, apakah kedua pihak memiliki tujuan yang sama.

Sudah beberapa kali Nadiya menghela napas, sesekali menyeka air matanya yang hampir jatuh.

Tidak, Nadiya tidak boleh cengeng. Kalau memang hubungan mereka kandas di tengah jalan mau tidak mau Nadiya harus terima. Takdir saja sudah muak dengan hubungan mereka, untuk apa lagi Nadiya mempertahankan hubungan yang tidak jelas, yang ada Nadiya akan menyakiti dirinya sendiri karena terlalu memanjakan perasaannya yang terlihat tidak tahu diri itu.

Sepertinya Nadiya sudah tahu jawabannya sejak awal, hanya saja ia bisa menikmati luka yang membuatnya terlihat biasa saja.

Can we surrender?

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang