Nadiya terus melambaikan tangannya dengan senyum lebar yang terbit di wajah cantiknya.
"Salam rindu buat kalian semua," ujar Nadiya.
"Jangan kangen kita," pinta Aldi.
Nadiya hanya mengangguk dengan tangannya yang terus bergerak kiri ke kanan. Nadiya menatap kedua orang tuanya dengan tatapan sendu, ia belum rela ditinggal sendiri untuk beberapa minggu.
"Hati-hati di jalan!" teriak Nadiya. Ingin sekali Nadiya ikut dengan mereka namun Nadiya harus sekolah dan menyiapkan dirinya untuk mengikuti berbagai ujian yang akan dia hadapi.
Nadiya menyapu air matanya yang sudah terbendung di pelupuk mata kemudian menghirup banyak-banyak oksigen dan membuangnya perlahan. Mereka bertiga sudah menghilang dari pandangan Nadiya, ia pun berlalu meninggalkan tempat itu.
Derrttt
Di situasi yang sangat ramai Nadiya terus membongkar isi tas selempangnya mencari ponselnya walau sesekali ia terpental ke kiri dan ke kanan. Tanpa Nadiya sadari salah satu benda dari tasnya terjatuh di kerumunan orang-orang.
"Iya gue udah mau balik nih, lo langsung ke rumah gue aja."
"..."
"Jangan bucin mulu lo."
"..."
Nadiya menyapu pandangannya ke setiap sudut bandara namun keberadaan supirnya belum juga kelihatan. "Gue nggak iri Lai-"
"Nak."
Nadiya menjauhkan ponselnya dari telinganya dan berbalik menghadap seseorang yang menepuk pundaknya barusan. Nadiya menautkan alisnya ia merasa bingung, "Ada apa Om?"
Detik berikutnya Nadiya merasa seperti tidak asing dengan wajah rupawan Om-om yang ada di hadapannya.
"Dompet kamu?" Selanjutnya Om itu angkat bicara lagi. "Wah Om gak nyangka kalau kita ketemu lagi, berarti hutang Om lunas kan?" tanyanya sembari tertawa pelan.
Sementara itu Nadiya masih mengajak memorinya mengingat siapa Om tampan itu sebenarnya.
Tidak sanggup melihat wajah bingung Nadiya akhirnya Om itu menghentikan tawanya dan berbicara. "Kamu yang sudah nolong Om waktu itu, di bandara juga waktu dompet Om jatuh."
Nadiya masih berkelana membongkar memorinya.
"Yang tua di sini Om atau kamu sih?" tanya Om tampan dengan senyuman.
Nadiya nyengir kuda. "Maaf Om saya lupa."
"Gak papa, ini ambil dompet kamu Om gak bakalan minta upahnya."
"Makasih banyak Om." Nadiya mengambil dompetnya dan menyimpannya kembali ke dalam tasnya, sembari mencari kontak supirnya dan menanyakan dimana keberadaannya.
Rupanya Om itu belum juga pergi dari hadapan Nadiya sampai ada suara seseorang yang membuatnya tersadar dari kegiatannya.
"Papa."
Deg
Masih dengan kepala menunduk Nadiya bisa merasakan detak jantungnya berdebar lebih cepat saat mendengar suara serak itu. Suara yang sempat hilang, suara yang pernah mengisi hari-harinya, dan suara itu yang ia rindukan sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Hati [END]
Novela Juvenil"Mungkin seperti ini akan lebih baik untuk kita berdua, tak perlu ada hubungan spesial lagi, dan semua akan kembali seperti semula. Saat di mana aku dan hanya Tuhan yang tahu kalau hanya kamu yang ada dalam hatiku. Maka tidak ada lagi yang terluka k...