Jangan lupa vote❤
Happy reading all!
*****
Nadiya sudah berpakaian rapi dari lima menit yang lalu, ia berjalan cepat ke depan pagar rumahnya menunggu Laila yang akan menjemputnya. Nadiya sudah tidak sabar untuk menemui dua manusia yang selalu ingin ia temui sejak insiden kecelakaan itu.
Nadiya melirik jam tangannya, Laila sudah telat enam menit. Nadiya melihat kiri ke kanan apakah mobil Laila sudah mwwemasuki area perumahan.
Tin!
Senyum Nadiya langsung mengembang, ia melambaikan tangannya.
“Lama banget sih,” kesal Nadiya kemudian masuk ke dalam mobil Laila.
“Lagi macet, Nad.” Laila melajukan mobilnya.
Sejak tadi Laila hanya menghela napas gusar, ia sangat takut kalau nanti Nadiya marah besar padanya setelah mengetahui yang sebenarnya.
Laila mengambil tisu mengelap keringatnya yang bercucuran padahal AC mobilnya hidup.
“Lo kenapa Lai?”
Laila menunjuk dirinya sendiri. “Gue? Gak papa.” jawabnya sambil tersenyum kaku.
Mobil hitam Laila menepi ke pinggir jalan, Laila langsung keluar. Nadiya menatapnya heran kenapa Laila malah berhenti di toko bunga, Nadiya pun ikut keluar dari mobil.
“Mereka ada disini?” tanya Nadiya.
“Bukan, lo pilih gih bunga yang lo mau.”
Nadiya menaikkan sebelah alisnya. “Gue gak butuh bunga Lai. Lo aneh deh, ngapain juga kita ke sini? Gue kan mau ketemu Sarah sama Reyhan.”
Laila mengela napas berat, ia harus bersabar. “Untuk Sarah.”
Nadiya menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Sejak kapan Sarah suka bunga?”
Laila berdecak kesal, ia pun masuk ke dalam toko bunga tanpa menjawab pertanyaan Nadiya terlebih dahulu. Tidak lama kemudian Laila keluar dari toko itu membawa sebuket bunga lily.
“Nih, bawa.”
Nadiya pun menerimanya, memandangi bunga itu. “Kenapa bunga lily? Ini bukannya bunga yang banyak ditaruh dekat kuburan ya?”
Laila terdiam. Nadiya benar-benar menguji dirinya untuk mengungkapkannya sekarang juga.
“Udah ayo, nanti kita kelamaan.” Laila memasuki mobilnya begitu juga Nadiya.
Kedua sudut bibir Nadiya tertarik lebar, setelah sekian lama akhirnya ia akan bertemu mereka untuk melepas kerinduannya. Menemui sahabatnya, dan yang paling ia rindukan adalah kekasihnya.
“Sarah udah membaik, Lai?”
“Hmm.”
“Sarah gak terluka parah kaya gue sampai beberapa bulan baru sembuh?”
“Enggak.”
“Kalau Reyhan?”
Suara desahan berat keluar dari bibir Laila, tangannya menggenggam erat stir mobil, Nadiya terlalu banyak tanya. Laila merasa kesal namun disisi lain ia merasa iba. Entah sudah berapa banyak pertanyaan yang Nadiya keluarkan dan itu hanya tentang dua manusia yang tak lagi ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Hati [END]
Teen Fiction"Mungkin seperti ini akan lebih baik untuk kita berdua, tak perlu ada hubungan spesial lagi, dan semua akan kembali seperti semula. Saat di mana aku dan hanya Tuhan yang tahu kalau hanya kamu yang ada dalam hatiku. Maka tidak ada lagi yang terluka k...