Hallo semua.
Sebelumnya tekan dulu bintang yang ada di bawah kiri pojok.— — — — — — — — — — — — — —
Hari berganti begitu cepat, sempat tidak sempat semua akan berlalu tanpa kesepakatan.
Pagi ini Nadiya sedang membantu Ranti menyiapkan sarapan pagi. Nadiya memindahkan sayur yang sudah dimasak Ranti ke meja makan, kemudian mengambil tiga buah piring dan diletakkan ke meja untuknya, Ranti, dan juga Fahriza.
Sekarang mereka bertiga tengah duduk dibangku meja makan dan memulai sarapan pagi dengan tenang. Nadiya menyeruput susu coklat kesukaannya, karena susu putih terlalu manis menurutnya jadi ia lebih memilih susu coklat ketimbang putih.
“Kamu di sekolah baik-baik saja kan nak, gak ada masalah kan?” tanya Fahriza.
Nadiya menelan nasinya kemudian menjawab, “Baik Pa.”
“Kata Mama kamu ikut lomba nyanyi ya?”
“Iya Pa. Papa pasti datang kan?” Nadiya menatapnya penuh harap.
Ranti menatap suaminya, meminta agar suaminya bisa meluangkan waktunya untuk melihat putri kesayangan mereka besok.
Fahriza tersenyum lebar menatap putrinya yang semakin tumbuh besar dan juga cantik seperti istrinya. “Tenang aja sayang, Papa pasti akan datang.”
“Makasih, Pa.” Nadiya tersenyum bahagia.
“Kalau kamu mau, Papa bisa bawakan pasukan buat dukung kamu?”
Nadiya menautkan alisnya kemudian tertawa bersama Ranti. “Makasih Pa, tapi itu bukannya terdengar sangat lebay ya?”
“Iya, Papa kamu lebay nih.”
“Kan cuma nanya Ma, mana tau perlu gitu. Atau mau pake sponsor?” tanya Fahriza lebih ngaur.
“No, kamu benar-benar lebay mas.” Ranti menggeleng, Nadiya hanya tersenyum sendiri mendengar tawaran Papanya.
Derrtttt
Nadiya membawa ponselnya menjauh dari meja makan, kemudian melihat ada nomor baru yang menghubunginya. “Siapa ya?” Nadiya belum juga menerima panggilan itu, namum ponselnya terus bergetar.
"Hallo ini siapa ya?"
"Hallo ini Nadiya ya?"
Nadiya sepertinya mengenali suara perempuan paruh baya di seberang sana.
"Iya. Ini Tante Ziva?"
"Iya nak. Nadiya tante mau minta tolong sama kamu. Tolong pujuk Sarah agar mau pulang ke rumah ya? Tante gak tau lagi mau minta tolong sama siapa selain kamu nak. Karena tante tau kalau kamu teman dekatnya Sarah."
Teman...
Nadiya menggaruk pelipisnya, terdengar agak sulit baginya membujuk sarah agar mau pulang ke rumah. Jangankan ngobrol, menatapnya saja Sarah tidak mau.
"Nadiya? Kamu mau kan nak?"
"Emm." Nadiya semakin bingung.
"Kamu bisakan bantu tante, tante sangat percaya sama kamu nak. Tolong bantu tante ya sayang?"
Nadiya sangat tidak tega mendengar suara tante Ziva yang meminta tolong kepadanya, dan tante Ziva juga sudah meletakkan kepercayaan kepada Nadiya. Sangat tidak pantas kalau Nadiya menolaknya, apa lagi menolong untuk kebaikan sahabatnya juga.
"Iya tan, nanti Nadiya bujuk Sarah," ucap Nadiya meyakinkan tante Ziva.
"Makasih sayang, tante sangat mempercayai kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Hati [END]
Teen Fiction"Mungkin seperti ini akan lebih baik untuk kita berdua, tak perlu ada hubungan spesial lagi, dan semua akan kembali seperti semula. Saat di mana aku dan hanya Tuhan yang tahu kalau hanya kamu yang ada dalam hatiku. Maka tidak ada lagi yang terluka k...