Nadiya berjalan di lorong sekolah dengan langkah cepat, karena kelasnya akan mengadakan ulangan harian PKN, padahal ini masih jam setengah tujuh pagi. Nadiya memang seperti itu kalau ada ulangan, ia pengen cepat-cepat datang sekalian belajar di kelas walaupun waktunya tidak lama. Tetapi, setidaknya materi yang tadi malam Nadiya hapal mati bisa ingat lagi.
"Pagi Nadiya cantik!"
"Mau ke mana Nadiya, buru-buru amat? Si Amat aja belum datang."
"Nadiya, kamu tau gak nanti malam malam apa?"
"Malam minggu."
"Gue nanya dia curut!"
"Bidadari akuuuu!"
Nadiya sudah terbiasa mendapat gombalan receh dari kelas Xll IPA 5, kelas itu memang terkenal dengan sebutan kelas bandit. Yang bisa Nadiya lakukan hanya diam dan menganggap kalau mereka hanya angin berlalu. Nadiya lebih mempercepat langkahnya agar menghilang secepat mungkin dari hadapan seniornya, dan hal yang paling memakan energi siswa yang kelasnya berada di atas yaitu harus menaiki anak tangga. Karena kelas Nadiya berada di lantai tiga, mau tidak mau harus lewat tangga.
Hanya butuh dua menit Nadiya sampai ke kelasnya, ia pun langsung duduk di bangkunya, tidak lupa mengeluarkan buku UUD dari tas dan mulai membacanya.
"Pagi semua!" sapa Sarah yang baru memasuki kelas.
"Pagi!"
Sarah melihat Nadiya yang sedang fokus menghapal isi buku yang dia pegang dengan mulut komat-kamit seperti lagi baca mantra. Sarah berjalan ke bangkunya lalu mendudukkan bokongnya. "Serius banget neng!"
Nadiya tak menanggapinya.
"Nadiya?" panggil Sarah.
"Kok diem sih, ini nih efek kebanyakan nonton drakor," tuduh Sarah padahal dia sendiri yang menonton drakor sampai jam dua pagi.
Nadiya masih fokus dengan hapalannya. "Woy Nad, gue ngomong sama lo! Ihh dasar."
Teetttt teetttt
Suara bel sudah berbunyi menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai.
Nadiya memasukkan buku itu ke dalam tasnya, matanya melihat ke depan. Ternyata Laila belum datang. "Rah. Laila kenapa belum datang?"Sarah diam sepertinya cewek itu sedang balas dendam karena tadi Nadiya juga mendiaminya.
"Rah, gue ngomong sama lo bukan sama patung!"
"Enak gak dikacangi?" tanya Sarah sebel.
"Yah gitu aja lo marah Rah, ya maaf gue tadi lagi fokus." Nadiya menampakkan deretan giginya.
"Bomat!" ucap Sarah ketus.
Tiba-tiba Laila datang dengan napas yang tak beraturan akibat lari-lari dari gerbang sampai lantai tiga. Bayangkan saja dari gerbang berlari-lari, lalu menaiki anak tangga sampai ke lantai tiga.
"Rasanya gue mau mati, huh!" Laila memegang kedua lututnya. "Ma-mana gurunya? Belum datang kan?" tanya Laila seperti baru dikejar dewa kamatian.
Mereka berdua menggeleng menatap Laila seperti orang bodoh.
"Syuk–" ucap Laila terpotong karena guru PKN sudah datang.
"Pagi anak-anak!" sapa Ibu Tina.
"Pagi Bu." Laila langsung duduk ke bangkunya.
"Letakkan tas kalian di lantai, yang ada di atas meja hanya pulpen, tipex, rol. Tidak ada yang boleh minjem ke temannya. Dan satu lagi, jika nanti saya melihat ada kopekan, tidak segan-segan saya langsung merobek kertas kalian! Mengerti anak-anak?" jelas Bu Tina panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Hati [END]
Teen Fiction"Mungkin seperti ini akan lebih baik untuk kita berdua, tak perlu ada hubungan spesial lagi, dan semua akan kembali seperti semula. Saat di mana aku dan hanya Tuhan yang tahu kalau hanya kamu yang ada dalam hatiku. Maka tidak ada lagi yang terluka k...