Part 13

639 159 55
                                    

Tiga gadis cantik sedang berjalan di koridor kelas X. Siapapun yang melihat mereka enggan untuk berpaling menatapnya. Memiliki kakak senior yang cantik seperti mereka, ada semangat tersendiri untuk para junior.
Sepanjang koridor yang dilalui, mereka selalu tersenyum saat ada murid yang menyapa. Namun tidak semua kaum hawa suka melihat ketiganya, entah apa yang membuat mereka membenci Nadiya, Laila, dan Sarah.

Sebaik apapun yang kita lakukan, tetap saja ada orang yang membenci. Yah! Itulah hidup.

“Pagi semua!” sapa mereka bertiga saat memasuki kelas.

“Pagi.”

Nadiya dan Laila berjalan ke bangku masing-masing, sedangkan Sarah berjalan ke belakang sudut kelas mengambil sapu, hari ini giliran Sarah piket kelas.

Laila meletakkan tasnya di atas meja, kemudian membawa bangkunya ke samping Nadiya. “Nad, lo penasaran gak?”

“Penasaran apa?” Nadiya menopang dagunya menatap keluar jendela.

“Itu si Reyhan, yang kemarin dia bilang ada yang dia suka?”

Nadiya mencoba mengingat-ingat kejadian di mana mereka memainkan permainan, Truth or Dare.

“Gak tau.”

“Kok gak tau? Padahal gue yakin lo itu suka sama Reyhan,” tuduh Laila pelan.

Nadiya tidak lagi menyahuti ucapan Laila, ia hanya merasa lelah tentang perasaannya. Seperti hubungannya yang dulu dengan Angga, semua bermula dengan perasaan merah jambu. Kemudian saling menyatukan perasaan dan komitmen yang sama. Yaitu saling mencintai, menyayangi, dan menjaga perasaan masing-masing.

Namun seiringnya waktu berjalan semua telah berubah dan tak lagi sama dengan rasa yang dulu. Kepercayaan yang selalu menyelimuti hubungan mereka mulai renggang saat salah satu diantaranya menebarkan kebohongan.
Nadiya tidak bertanya kenapa hubungan mereka yang semula mulus, seakan menjadi putus ditengah jalan. Semua pertanyaan yang ingin Nadiya lontarkan tak mampu keluar, Nadiya hanya memendamnya sendirian dan merelakannya pergi begitu saja. Meski yang Nadiya butuhkan saat itu, hanya penjelasan tentang mengapa hubungan mereka berakhir tanpa kesepakatan.

“Nad.”

Sarah yang sudah selesai piket langsung duduk di depan meja Nadiya. “Nadiya kenapa?”

Laila hanya geleng-geleng.

“Nad, lo kesambet ya?” Laila melambaikan tangannya ke depan wajah Nadiya.

“Apaan sih.” Nadiya menatap mereka berdua malas.

“Aneh banget lo Nad, pagi-pagi udah melamun.”

“Iya, kesambet baru tau rasa,” ucap Laila.

Tetttt tettttt

Kemudian mereka semua duduk di bangku masing-masing, walaupun masih ada yang bersuara. Lio yang mejabat sebagai ketua kelas pun masuk dan berdiri di depan kelas. “Kita free les sampai pulang, karena guru akan mengadakan rapat 5 menit lagi?” ucapnya lantang.

“Yeeyyyy!”

“Tapi kita diberi tugas numpuk.” Lio mulai menuliskan beberapa halaman tugas dari guru ke papan tulis yang harus mereka kerjakan.

“Permisi. Anak ekskul musik segera rapat ke ruang musik,” ucap siswa kelas Xl. Setelah melihat anak ekskul musik berdiri dari bangku masing-masing, siswa itu pun pergi. “Permisi.”

Nadiya, Sarah, dan Laila keluar dari kelas setelah permisi dengan ketua kelas.

“Kayanya kita ini pasti bakal tampil,” ucap Sarah percaya diri.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang