Keluarga Fahriza berlari-lari di koridor rumah sakit menuju ruang UGD. Ranti sempat pingsan mendapat kabar dari SMA Pelita yang menyatakan bahwasanya Nadiya salah satu korban dari tabrakan beruntun.
"Mas, anak kita mas."
Rizal memeluk istrinya yang menangis histeris. "Kita berdoa untuk anak kita ya sayang?"
"Mas, anak kita pasti bisa bangun kan?"
Rizal mempererat pelukannya, menciumi puncak kepala istrinya.
Aldi berdiri di depan pintu ruangan itu, menatap tubuh sang adik yang dipenuhi dengan alat medis. Air matanya tak terbendung lagi melihat adik tersayangnya sedang kritis. Aldi terduduk menekuk kedua kakinya sambil menjambak rambutnya.
"Bo, kamu harus bangun," ucapnya lirih.
*****
Ziva sedang merapikan brankar Sarah, ia tersenyum melihat Sarah yang tadi pagi lebih ceria dari biasanya. Apa Sarah akan segera sembuh dari penyakitnya?
Semenjak perceraiannya dengan Aksara, waktunya lebih banyak diluangkan untuk merawat anak-anaknya. Mengetahui apa yang mereka suka dan tidak suka. Yang dulunya tidak ada waktu sampai tak bisa dekat dengan anaknya, sekarang Ziva dan kedua putrinya sudah sedekat nadi.
Ternyata dibalik perceraiannya ada hikmahnya, dan Ziva sudah mengikhlaskan Aksara yang memilih meninggalkan keluarga yang sudah 18 tahun mereka bina. Ternyata, takdir tak berjalan sesuai doanya, Aksara lebih memilih menikahi wanita simpanannya dan meninggalkan Ziva bersama kedua anak mereka.
"Nak." Oma menghampiri Ziva.
Ziva menatap Oma yang berlinang air mata. "Mama kenapa?"
"Kamu yang sabar ya? Mungkin ini udah takdirnya nak, untuk pergi meninggalkan kita." Oma memeluk Ziva.
"Takdir apa Ma? Siapa yang meninggalkan kita?" tanya Ziva panik. Pikirannya mulai ke arah negatif.
"Ikhlaskan kepergiannya nak. Ikhlaskan Sarah."
Deg
"Sarah? Sarah anak aku Ma?"
"Iya nak, Sarah sudah tidak ada. Cucuku yang paling kuat telah meninggalkan kita semua."
Ziva termundur beberapa langkah, air matanya mengalir deras. "Gak mungkin Ma." Ziva memegang kepalanya sambil menggeleng. "Sarah hanya pergi ke sekolah Ma, Sarah bilang gitu tadi pagi. Mama jangan bercanda!"
"Ikhlaskan dia," ucap Oma sedih.
"Gak Ma! Sarah masih hidup, Sarah masih sekolah!" teriak Ziva.
Ziva berjalan ke arah pintu. "Sarah kamu pulang cepat ya sayang? Bilang sama Oma, kalau kamu cuma pergi ke sekolah bukan pergi jauh."
Tubuh Ziva yang bersandar di pintu merosot sampai ia terduduk di lantai menunggu Sarah pulang dari sekolah. Ziva tidak percaya ucapan Oma, tidak mungkin Sarah pergi meninggalkannya. Tadi pagi Sarah terlihat ceria sambil mengatakan kalau Sarah juga menyayangi dirinya.
"Nak, pulang. Mama rindu kamu sayang," ucap Ziva dengan parau.
"Ziva, kamu tidak boleh seperti itu nak. Sarah sudah meninggalkan kita. Sarah korban tabrakan beruntun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Hati [END]
Teen Fiction"Mungkin seperti ini akan lebih baik untuk kita berdua, tak perlu ada hubungan spesial lagi, dan semua akan kembali seperti semula. Saat di mana aku dan hanya Tuhan yang tahu kalau hanya kamu yang ada dalam hatiku. Maka tidak ada lagi yang terluka k...