Part 26

516 103 46
                                    

“Reyhan!”

Bruk!

“Aw!” Nadiya terjatuh karena seseorang menabraknya.

“Seperti ada yang manggil gue?”

“Siapa?” tanya Ari.

“Iya, lo dipanggil yang maha kuasa,” jawab Dito asal.

“Serius,” ucap Reyhan penuh penekanan.

“Itu bukannya Nadiya ya? Yang duduk di tanah.” Ari menunjuk Nadiya yang sedang mengaduh kesakitan.

“Cewek gue kenapa?” Reyhan langsung berlari mendatangi Nadiya.

“Aduhhh! Cewek gue mana ya?” Dito melirik jam di tangannya, seakan menunggu kekasih halunya.

“Ha, ha, ha, halu!” teriak Ari.

*****

“Eh maaf kak, enggak sengaja,” ucap yang menabrak. Cewek itu tidak mau membantu Nadiya berdiri, melainkan hanya melihatnya malas.

Nadiya masih menunduk melihat lututnya yang tidak berdara tetapi biram. Banyak yang melihat dan tak ada satupun yang berani membantu Nadiya. Karena siapa yang ingin membantu dari salah satu mereka, langsung dapat tatapan sengit dari si penabrak.

Sepasang tangan seseorang muncul di hadapan Nadiya. Nadiya mengangkat kepalanya melihat orang yang ingin menolongnya, tanpa sadar sudut bibirnya tertarik begitu saja hingga membentuk sebuah senyuman manis.

“Ayo berdiri. Malah senyum-senyum.”

“Iya!” ucap Nadiya jadi cemberut lalu menggenggam tangan itu.

“Maaf ya kak gue tadi enggak sengaja sumpah,” ucapnya ulang karena merasa diacuhkan.

“Yang mana yang sakit?”

Nadiya menunjuk Lutut dan telapak tangannya.

“Mau ke UKS?”

“Enggak, nanti aja dikasih salep di rumah. Kita pulang aja ya?” Nadiya meringis merasakan ngilu di lulutnya.

“Yaudah. Kamu kenapa bisa jatuh?” Reyhan memperhatikan Nadiya. Nadiya melirik adik kelas yang menabraknya tadi. Reyhan mengikuti arah pandang Nadiya.

“Rahel.”

Rahel? Reyhan kenal dia?

Walaupun Nadiya pernah melihat cewek itu tetapi dia tidak tahu kalau namanya Rahel.

Ternyata ini orang yang Sarah bilang, batin Nadiya.

“Ak–aku, maaf kak. Tadi aku gak lihat jalan,” ucap Rahel agak takut kepada Reyhan.

“Iya gak papa, Rahel.”

“Makasih kak.” Rahel tersenyum bangga karena Reyhan tidak marah padanya.

“Gak papa?” ucap Nadiya pelan mengulangi kata-kata Reyhan. Nadiya melirik Rahel datar sedangkan Rahel menatapnya dengan wajah galak.

Reyhan menggenggam tangan Nadiya kemudian membawanya menuju mobilnya. Nadiya merasa dirinya sedang diperhatikan Rahel yang ada di belakangnya, dan benar saja saat Nadiya melihat ke belakang Rahel langsung membuang muka.

Kenapa dengan dia?

“Apaan sih lebay banget. Dasar cewek lemah!” ucap Rahel cemburu.

Nadiya menghentakkan tangannya hingga genggaman mereka terlepas. Nadiya masih terbawa emosi karena Reyhan menganggap dirinya tidak apa-apa. Dengan lutut biram yang kalau dibawa berjalan terasa ngilu dan telapak tangannya ada beberapa goresan.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang