Part 50

362 37 43
                                    

Yuhuuuu aku hadir lagi!

Jangan pelit untuk vote ya.

Spam banyak-banyak biar semangat up part berikutnya!

Selamat menikmati ❤

*****

Nadiya dan Laila sedang berada di ruang inap Sarah. Wajah kedua gadis itu sangat terlihat memancarkan kesedihan, bagaimana tidak, sudah beberapa hari Sarah tidak sadarkan diri. Setelah melakukan operasi dan kemoterapi. Penyakit Sarah semakin parah, kanker otak yang dia alami sudah stadium 3. 

Nadiya mengedipkan beberapa kali matanya, air matanya masih saja terbendung. Nadiya tidak tahu kenapa sahabatnya bisa mengidap penyakit yang mematikan ini. Laila mengelus pundak Nadiya, mereka berdua benar-benar terluka melihat kondisi sahabat seperjuangan mereka. 

Sampai saat ini tak ada yang membuka suara, keduanya saling berandai-andai.

“Nad, lo ngantuk gak?”

Nadiya menggeleng.

“Pulang yuk, gue tau lo pasti udah capek.” Laila berdiri dari tempatnya lalu menarik tangan Nadiya.

“Tapi, Lai.”

“Masih ada besok Nad, kita bisa kunjungin Sarah setelah pulang sekolah.” Nadiya mengangguk, setelah itu mereka berdua keluar dari ruangan itu. 

“Terima kasih nak Nadiya udah mau menjenguk Sarah, Sarah pasti seneng kalau tau kamu mau menemuinya,” ucap Ziva.

Nadiya sangat merasa tidak enak dan juga menyesal. “Maaf tan, baru bisa datang.”

“Gak papa, tante ngerti kok keadaan kalian,” ucap Ziva tersenyum. “Kalian selalu doain Sarah ya? Supaya bisa barengan kalian lagi, nanti kalau Sarah udah bangun pasti tante hubungi kalian.” 

“Nadiya pasti akan selalu mendoakan Sarah tan,” ucap Nadiya.

“Semoga aja Sarah segera bangun dan penyakitnya menghilang ya tan,” ujar Laila.

“Amin,” ucap mereka bertiga.

*****

Entah kenapa dari dua hari yang lalu, Nadiya lebih suka mengendarai motor matic sendiri untuk berangkat ke sekolah daripada naik mobil diantar supir. Nadiya memarkirkan motornya di samping moge Dito, setelah melepas helmnya ia pergi dari area parkiran, berjalan dengan santai.

“Nadiya, tunggu!” teriak Laila yang masih berada di dalam mobil. Dengan terburu-buru Laila menyalim tangan Papanya lalu keluar dari mobil mengejar Nadiya.

Nadiya menghentikan langkahnya, memutar badannya sambil menggelengkan kepala. Masih pagi Laila sudah teriak-teriak, sangat cocok bila disandingkan dengan Dito, hanya saja takdir berkata Lain.

“Semenjak lo ngojek ada perubahan ya? Lo lebih awal datang ke sekolah.”

Pletak!

“Aw!”

Nadiya menoyor kepala Laila pelan. “Gue bukan tukang ojek!” kesal Nadiya.
 
Untuk pertama kalinya Nadiya membawa motor ke sekolah, banyak pasang mata menyorotinya mulai dari masuk gerbang sekolah sampai parkiran. Nadiya yang diperhatikan seperti itu merasa biasa saja, namun rasa biasa itu seketika berubah menjadi rasa kesal. Dengan tidak malunya Laila menertawai Nadiya kencang bak mak lampir. Tidak hanya itu, Laila juga memanggil Nadiya dengan sebutan kang ojek SMA Pelita.

“Abisnya lo lucu kalau naik motor. Hahaha!”

“Bisa diem gak? Gue gak mau ribut.” Nadiya pergi meninggalkan Laila.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang