Part 57

206 25 31
                                    

Hadir lagi!

Jangan lupa vomentnya...

Happy reading again ❤

*****

Aldi mendorong kursi roda Nadiya berkeliling taman rumah sakit di sore hari. 

Ini kali pertamanya Nadiya menghirup udara segar, tidak sesesak saat berada di ruangannya. 

“Selamat sore sahabatku! Sore kakak sepupu yang tampan!” sapa Laila ceria.

“Ada maunya nih,” cibir Aldi.

“Hahaha, tau aja.” Laila menepuk kuat lengan Aldi. “Pergi dong,” pinta Laila sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Masih bocah udah genit, pantes gak laku.”

“Hei! Ngaca dong Om, situ apa udah laku?” tanya Laila lantang.

Nadiya tersenyum tipis menyaksikan adu bacot antara Laila dan Aldi.

“Besok gue bawa.” 

“Hilih! Bawa siapa? Bini orang? Atau, patung seksi?” tanya Laila dengan gaya mengejek.

Aldi memilih mendiami Laila yang mudah kepancing, daripada urusannya panjang lebar, lebih baik Aldi meninggalkan dua cewek cantik itu.

“Kakak tinggal ya? Bibik alay udah datang.” Aldi pun pergi meninggalkan mereka.

Laila meneriaki Aldi, Aldi melambaikan tangannya kepada Laila tidak lupa tersenyum tampan.

“Sumpah Nad, kakak lo ngeselin banget!” 

Laila mendorong Nadiya berkeliling lagi. Laila menceritakan keadaan kelas baru mereka, kejadian di sekolah yang sudah Nadiya lewatkan, sampai ayam Pak Kamingsun masuk ke lapangan sekolah yang meresahkan siswi karena dikejar-kejar si jago merah.

Nadiya menundukkan kepalanya, mendengarkan baik-baik semua cerita yang Laila sampaikan.

“Lo tau gak, kalau gue selalu kesepian di sekolah?”

“Kan ada Sarah, Lai.” ucap Nadiya datar.

Laila menggigit lidahnya, sebenarnya ia sudah tidak tahan terus membohongi Nadiya. Tapi, itu permintaan keluarga Nadiya, mereka tidak ingin Nadiya kembali murung dan menangis tengah malam karena mengingat kejadian itu.

“Sarah masih sakit ya Lai?” 

Laila pura-pura tidak mendengar pertanyaan Nadiya, tangannya tetap mendorong kursi roda Nadiya.

“Laila, lo denger gue gak sih?”

“Ha? Kenapa Nad?” Laila melirik wajah kesal Nadiya dari samping. Nadiya tak lagi bersuara.

Mereka berdua berhenti di bangku taman, Laila duduk berhadapan dengan Nadiya. Laila memperhatikan Nadiya yang terlihat gelisah.

“Lai, kenapa Reyhan gak pernah jenguk gue? Apa dia gak suka gue lagi, karena gue cacat?” Nadiya menatapnya lekat.

Laila segera menoleh ke arah lain, semua pertanyaan Nadiya membuatnya menjadi bisu. 

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang