Part 33

511 95 43
                                    

Reyhan memarkirkan mobilnya, setelah itu ia keluar terlebih dahulu lalu berjalan cepat membukakan pintu untuk kekasihnya. Nadiya menyandang tas coklatnya keluar dari mobil Reyhan.

"Makasih."

"Nanti kalau kamu mau pulang duluan enggak papa, tapi kalau nunggu aku selesai rapat OSIS juga boleh. Terserah kamu aja." Reyhan kembali menutup pintu mobilnya.

"Iya nanti aku pikirin." Nadiya merapikan roknya yang berlipat.

"Aku pergi dulu lagi banyak urusan, kamu belajarnya yang benar."

"Siap, Ketoss."

"Jangan dekat-dekat sama cowok lain, nanti aku sleding orangnya," pinta Reyhan serius.

Nadiya mengerutkan keningnya merasa tak terima. "Masa aku gak boleh dekat Kak Valdo, terus aku latihan untuk lomba sama siapa?" tanya Nadiya dengan malas. "Emang kamu bisa nyanyi?" Nadiya menunjuk Reyhan yang sedang melihatnya kikuk.

"Bisa," jawab Reyhan cepat.

"Coba?" tantang Nadiya.

"Ah malas suara aku ini mahal, kamu gak bakal bisa bayar berapapun," ucap Reyhan mulai meninggi.

"Idih sombong banget, bilang aja gak bisa nyanyi." Nadiya melipat tanganya di depan dada. "Coba deh. Do Re Mi Fa S–"

Reyhan meletakkan telunjuknya di depan bibir Nadiya. "Kenapa kamu malah jadi guru vocal? Ck."

Nadiya menjauhkan jari Reyhan dari bibirnya, dia merasa kesal karena ucapannya terpotong. "Udah sana pergi. Syeh, syeh." Nadiya mendorong tubuh jangkung Reyhan pelan.

"Kenapa aku jadi kaya ayam yang di usir tetangga." Reyhan berbalik menghadap Nadiya lama sampai Nadiya mengalihkan tatapannya ke pohon.

"Kasih semangat dong." Reyhan tersenyum tampan.

"Semangat!" ucap Nadiya dengan semangat.

"Ck. Bukan gitu."

Nadiya melongo bingung, "Mau aku beliin better? Biar kamu lebih baik?" tanya Nadiya polos.

Reyhan menghembuskan napasnya dan tersenyum. "Itu siapa?" tunjuk Reyhan ke arah kiri dengan wajah serius.

"Siapa?" Nadiya mengikuti arah yang Reyhan tunjuk.

Cup

Nadiya langsung memegang dadanya yang berdetak hebat sampai bulu kuduknya berdiri. Kakinya sudah lemas dan matanya membulat sempurna menatap Reyhan yang pergi meninggalkannya sendirian di sini setelah apa yang cowok itu lakukan.

"Gue." Nadiya menggaruk kepalanya kemudian memegang pipi kanannya. Ingin sekali Nadiya mengejar Reyhan dan mengomelinya tapi dia sudah ambyar di tempat. Awas saja kalau ketemu, Nadiya akan membalas atas perbuatan Reyhan.

Bam!!!

"Astaga."

Nadiya mendelik kaget kerena suara hempasan pintu mobil yang terdengar sangat kuat. Suara keras itu berasal dari belakangnya. Nadiya berbalik untuk melihat ke belakang. Matanya kembali membulat. Nadiya mulai risih karena pelakunya menatap Nadiya penuh dengan kebencian.

"Sarah," cicit Nadiya.

Sarah melihat semuanya dan dia semakin tidak suka dengan Nadiya. Hingga Sarah melupakan jasa-jasa Nadiya selama ini untuk mambuatnya lebih tenang dari pertengkaran orang tuanya, membuatnya melupakan masalah yang menimpahnya dan membuatnya terus tersenyum. Bahkan Nadiya sudah menganggapnya seperti saudara kandung. Nadiya selalu welcome rumahnya untuk Sarah.

Nadiya mendekati Sarah yang mematung di samping mobilnya. Nadiya memegang tangan kanan Sarah. "Sarah kita perlu bicara tentang perasaan lo sama Reyhan."

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang