Part 25

560 106 22
                                    

Nadiya mendongakkan pandangannya ke atas, tidak ada matahari di sana yang ada hanya awan mendung yang belum tentu hujan. Pagi ini terasa sangat dingin karena angin terus berhembus kencang. Nadiya berjalan memasuki halaman sekolah sepagi ini. Nadiya terus berjalan dengan santai menelusuri lorong yang masih terlihat sepi.

Belum ada yang mengetahui hubungan Nadiya dan Reyhan. Nadiya tidak mau mengumbar hubungannya karena hal itu tidak penting. Biarlah orang lain yang mencari tahu dan mengetahuinya sendiri.

Masalah kabar Sarah? Nadiya belum tahu karena pesannya belum dibaca dan nomor Sarah sampai sekarang belum juga aktif. Entahlah mungkin Sarah punya masalah yang sangat serius. Bukannya Nadiya tidak peduli, Nadiya hanya merasa ini masalah pribadi Sarah.

"Nadiya."

Nadiya tidak jadi menginjakkan kakinya ke anak tangga. Suara seseorang mampu membuatnya menjadi batu. Nadiya memegang dadanya merasakan ada getaran di sana.

"Ya." Nadiya berusaha menatapnya santai dan berusaha agar tidak tersenyum ambyar.

"Kenapa gak pergi bareng?"

"Kan lo gak ada bilang."

"Kenapa panggil lo gue?" tanya Reyhan datar.

"Sorry." Nadiya tersenyum malu.

Sial! Pacar gue cantik banget.

Reyhan mengeluarkan sesuatu dari kantong hoodie abu-abu miliknya dan menunjukkan benda pipih itu ke hadapan Nadiya.

"I-itu, tadi malam ponsel aku mati total. Jadi, pagi ini baru terisi penuh dan belum di aktifkan," jelas Nadiya sambil mengangkat ponselnya.

"Yaudah nanti pulang bareng aku. Kamu tadi diantar ke sekolah?"

"Iya. Tadi diantar supir kok."

"Bagus lah."

Reyhan mengisyaratkan dengan matanya agar Nadiya segera berjalan ke kelasnya.

Nadiya mengangkat sebelah alisnya, ia tak mengerti dengan maksud kekasihnya.

Reyhan kembali mengisyaratkan kali ini dengan mulutnya yang terlihat agak monyong kedepan.

Nadiya membulatkan matanya. Jangan salahkan Nadiya jika berpikiran kalau Reyhan ingin minta dicium. Nadiya menggeleng kuat. "Enggak."

"Kenapa gak mau?" Reyhan menaikkan sebelah alisnya.

"Itu enggak boleh, Hannn!" ucap Nadiya penuh penekanan.

"Enggak boleh? Maksud kamu?" tanya Reyhan bingung.

"Maksud kamu tadi gitu apa?" Nadiya menirukan yang dibuat Reyhan.

"Nyuruh kamu masuk kelas. Kamu malah gak mau, kamu mau bolos ya?" tanya Reyhan dengan nada menggoda.

"Ooo bilang dong, aku kira kamu minta cii-ciih." Nadiya hampir saja mengatakan kata cium.

"Ci?" Reyhan menatap Nadiya curiga. "Hayo tadi kamu mikirin aku minta cium ya?" goda Reyhan. Mungkin sekarang Reyhan akan suka menggoda gadisnya itu.

"Kenapa dibilang segala sih?" Nadiya merasa kalau pipinya sudah merah. Ia sangat malu sampai berpikir kotor.

"Ak-aku pergi dulu. Aku ada piket hari ini," bohong Nadiya, kemudian ia berlari menaiki anak tangga.

Reyhan nyengir kuda melihat Nadiya yang salah tingkah. Matanya masih mengawasi gadisnya, sampai Nadiya benar-benar masuk ke kelasnya. Reyhan pun berbalik arah berjalan ke gerbang sekolah.

"Nadiya, tunggu." Laila berlari kencang menaiki anak tangga yang sangat banyak. Tidak peduli betisnya akan menjadi seperti betis pemain sepak bola. "Kapan sih pakai lift? Gak tau apa gue naik betis tiap hari gara-gara naik turun tangga." Laila mengomel tak lihat tempat sampai penjaga sekolah menatapnya datar.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang