Part 45

511 49 58
                                    

Semua murid sedang berbaris panjang di depan pintu gerbang SMA Pelita, sepertinya akan ada pemeriksaan atribut sekolah pagi ini. Kebanyakan dari kaum adam yang nyelip-nyelip di antara kerumunan kaum hawa.

"Woy! Lo punya dasi dua nggak?"

"Salam kenal ya, ada ikat pinggang lebih?"

Cewek yang berambut pirang menatap cowok itu heran. “Sorry gue adanya tali plastik, lo mau?"

Cowok itu pun langsung menggeleng keras. 

"Ini hari apa woy? Kenapa gue bisa salah seragam segala."

Nadiya baru saja keluar dari mobil Papanya, ia mendekati keramaian itu. Berjinjit untuk melihat ke gerbang sana. “Ada apa ya di sana?” tanya Nadiya ke cowok yang berdiri diam di sampingnya. 

“Pemeriksaan atribut sekalian razia rambut,” jawabnya dengan ramah. 

Nadiya mangguk-mangguk, kemudian melihat Laila yang melambaikan tangannya dari arah timur. “Lo dari mana?”

“Abis ganti baju, tadi gue seragam putih, eh malah dicegat dan gak dibolehin masuk. Disuruh pulang ganti seragam lagi katanya,” jelas Laila sambil memasang ikat pinggangnya.

“Jadi lo pulang?”

“Ya kali pulang. Lo tau ini seragam dari siapa?” tanya Laila menaik turunkan alisnya.

“Siapa?”

“Vidi.”

“Baik ya dia?” tanya Nadiya senyum-senyum.

“Iya. Ternyata ada untungnya juga punya adik kelas kaya dia.” Laila tersenyum lebar. 

“Itu karena dia suka sama lo.”

Laila mengedikkan bahunya acuh. Tiba-tiba saja mereka berdua terdorong kedepan, raut wajah Laila langsung panik karena terjepit. “Woi lo apaan sih main dorong-dorong!” Laila langsung memeluk pintu gerbang agar ia tidak terjatuh. 

Sedangkan Nadiya berusaha menahan keseimbangannya dengan memegang lengan orang-orang yang ada di depannya. Sayangnya salah satu dari kaum adam ada yang berlari kencang menerobos keramaian itu, karena dia sama sekali tidak memakai atribut sekolah.

“Wewewe.” Seperti ada ombak belasan manusia yang membuatnya terjungkal ke depan. 

Bruk! 

Posisi seperti apa ini? batin Nadiya tak tenang.

Dengan mata terpejam, Nadiya tengah memeluk erat seseorang dengan ciri-ciri badan tegap yang menjulang tinggi. Nadiya menelan ludah dengan susah payah, pasokan oksigennya terasa semakin menipis. Sepertinya yang Nadiya peluk bukan cewek melainkan cowok. Wangi maskulin tercium sangat jelas.

Deg deg deg

Suara detak jantung terdengar kencang jauh dari kata normal, yang pasti itu bukan suara detak jantung Nadiya, tetapi detak jantung cowok yang ada di pelukannya. 

Nyaman? Itulah yang sedang mereka rasakan saat ini.

Perlahan tapi pasti, mata indahnya mulai terbuka sampai ingin keluar. “Reyhan!” Nadiya langsung melompat ke belakang. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang