Part 47

449 43 40
                                    

Selamat hari senin!

Sebelum membaca part ini ada baiknya kalian tekan bintang yang ada di bawah pojok kiri.

Selamat menikmati guys!

*****

Ceklek... 

Pintu ruang inap Sarah terbuka sedikit, Laila mengintip dari luar, pandangannya terpaku pada satu titik. Dimana Sarah sedang duduk di atas brankar sambil termenung, Laila sangat tidak tega melihat kondisi sahabatnya yang sekarang. 

Laila mengedipkan matanya beberapa kali, menguatkan diri untuk tidak bersedih di depan sahabatnya yang sedang mencoba melawan penyakitnya.

Semuanya runtuh saat Laila baru menginjakkan kakinya ke dalam ruangan itu air matanya juga ikut jatuh, dengan cepat ia menghapus air matanya. Untungnya Sarah tak menyadari kedatangannya. 

Pasti bisa!

“Hai Sarah, apa kabar!” ucap Laila tersenyum lebar. Sarah mengedikkan bahunya karena terkejut dengan suara cempreng Laila. 

“Hai,” balas Sarah.

“Gue kangen banget, lo cute deh kalau potong rambut.” Laila merentangkan tangannya memeluk tubuh Sarah. 

Dengan senang hati Sarah membalas pelukannya. “Gue juga kangen!”

“Betah juga ya lo di tempat kek gini? Gue sih ogah.” Laila menarik bangku ke samping brankar Sarah. 

“Gue juga enggak mau Lai, cuma karena gue masih sakit ya harus tetap disini.” 

“Makanya lo harus sembuh, terus kita bisa main bertiga lagi!” ucap Laila menyemangati Sarah. 

Sarah mengangguk setuju. Kedua matanya menyoroti pintu, mencari keberadaan sahabatnya satu lagi. 

Laila sangat peka apa yang ada dalam pikiran Sarah. “Nadiya gak bisa datang, dia ada pemotretan. Biasa dia kan jadi model Mamanya, tapi lo tenang aja hari berikutnya Nadiya pasti datang kok.” 

“Iya. Lo bawa apa?” tanya Sarah melihat isi tas yang baru Laila buka. 

“Karena sebentar lagi kita UAS, jadi gue bawa semua catatan pelajaran selama lo gak sekolah.” Laila meletakkan buku serta lembaran soal ke samping Sarah. “Kita belajar bareng.”

“Makasih banyak ya, Laila.” 

“Hmm. Yuk kita mulai belajar. Kalau ada yang kurang paham bisa tanya gue aja,” ucap Laila tersenyum. Laila mulai membaca soal-soal ulangan harian yang lalu, kemudian mencoret-coret bukunya. 

Sarah mengambil soal yang ada di samping tangannya, ia belum membacanya. Matanya melirik Laila yang sangat antusias terhadap soal-soal itu. Sarah beralih menatap soal yang tak berarti lagi untuk hidupnya, rasanya sangat sia-sia. 

“Lo nggak ngerti Rah?” Laila meletakkan bolpoinnya. Sarah menggeleng. “Yaudah sini gue ajari.” Laila mengambil lembaran soal yang Sarah pegang dan mulai menjelaskan apa yang Sarah tidak tau. 

“Lai,” panggil Sarah seperti berbisik. 

“Hmm? Lo udah ngerti Rah?” tanya Laila menatap wajah Sarah yang terlihat murung. 

“Gue rasa semua ini gak perlu lagi.” Sarah memainkan jari-jarinya yang ada diatas selimutnya. 

Kalau sudah dalam keadaan seperti ini, Sarah tidak ingin merencanakan apapun lagi dalam hidupnya. Yang perlu ia lakukan hanya memperbaiki keadaan yang telah berubah.

“Maksudnya?”

“Nggak ada yang tau kapan usia kita berakhir. Tapi, tapi gue bisa merasakan kalau umur gue gak bakalan panjang.” Air mata Sarah jatuh untuk setiap harinya. 

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang