Part ini bakalan panjang, so bacanya pelan-pelan aja ya.
Please jangan pelit buat voment.Happy reading guys...
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Di sebuah ruangan yang hampir dihindari semua murid. Hanya ada tiga meja di dalamnya dan banyak berkas-berkas di atas meja tersebut. Cewek itu duduk di bangku yang sudah tersedia menghadap meja bagian pinggir. Ia mulai merasa bosan di ruang BK ini, karena yang ditunggu juga belum muncul-muncul.
Cewek itu berpikir keras kenapa bisa dia dipanggil ke ruang keramat ini. Apa ini jadwalnya untuk konseling dengan guru BK? Atau punya masalah lain.
“Sarah kamu udah di sini ternyata,” ucap Bu Lisa. Kemudian Bu Lisa mendudukkan bokongnya di bangku kebesarannya menghadap Sarah.
“Udah Bu. Tapi ken—”
“Kamu tau apa kesalahan kamu?" tanya Bu Lisa dengan suara khasnya. Serak.
“Tidak Bu.”
Terdengar helaan napas dari Bu Lisa. “Kenapa kamu membatalkan perlombaan itu?”
Sarah menundukkan kepalanya. Ternyata itu masalahnya sampai Sarah harus menghadap ke Bu Lisa.
“Kalau kamu tidak mau ikut bilang dari awal, biar nama kamu saya coret.” Bu Lisa menatapnya galak.
“Ini malah kamu ngambil keputusan seenaknya, kamu sangat tidak professional.” Bu Lisa mengeluarkan buku panjang yang bertulisan nama-nama murid yang ikut ekskul musik.
“Ambil ini, coret nama kamu.”
“Hah?”
Sarah tidak langsung mengambilnya, melainkan menatap horor buku itu. Bagaimana bisa ia dikeluarkan dari ekskul yang sudah melambungkan namanya dan sudah memberikan beberapa piala walau tak sebanyak Nadiya untuk sekolahnya.
“Bu, saya gak bisa keluar dari ekskul ini,” ucap Sarah tanpa berekspresi. Namun perasaannya sangat sakit dan kecewa.
“Kamu udah tau kan dari awal bagaimana peraturan di ekskul ini? Dan itu salah kamu sendiri kenapa membatalkannya.” Bu Lisa melipat tanganya di depan dada.
“Bu, saya tidak bisa keluar begitu aja,” ucap Sarah tegas.
“Kalau begitu jangan batalkan,” ucap Bu Lisa dengan satu alisnya naik ke atas.
“Tapi Bu, saya ti–”
“Ikut atau keluar,” potong Bu Lisa yang tidak mau mendengar penolakan atau basa-basi dari Sarah. Itu akan membuatnya muak dan buang-buang waktu.
Sarah tampak diam dan menghela napas berat. Sarah mempertimbangkan pilihan yang sangat berat baginya.
“Ayo keputusannya ada di kamu.”
Sarah menghela napas beberapa kali yang kemudian matanya menatap Bu Lisa yang sedang menunggu jawabannya.
"Jangan sampai menyesal dengan keputusan kamu."
Dengan cepat tangan Sarah mengambil pulpen dan mencoret nama yang bertuliskan Sarah Sarasvati.
“Jangan menyesal,” ucap Bu Lisa penuh penekanan.
Sarah mengangguk sopan. “Permisi Bu.” Dengan cepat Sarah keluar menuju bangku yang ada di depan ruang BK. Sarah memasang sepatunya tak santai, wajahnya sudah memerah menahan amarah.
Sarah Berjalan dengan cepat bahkan tak peduli melewati siswa yang menatapnya penasaran, ia terus melangkahkan kakinya ingin menemui seseorang.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Hati [END]
Teen Fiction"Mungkin seperti ini akan lebih baik untuk kita berdua, tak perlu ada hubungan spesial lagi, dan semua akan kembali seperti semula. Saat di mana aku dan hanya Tuhan yang tahu kalau hanya kamu yang ada dalam hatiku. Maka tidak ada lagi yang terluka k...