Part 17

583 135 42
                                    

Gadis cantik yang mengenakan piyama bermotif boneka beruang sedang berdiri di anak tangga. Ia tengah menatap ponselnya, ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

Siapa ya?

“Sayang sini.”

Nadiya memutuskan untuk tidak menerima panggilan itu. Nadiya berjalan menuruni anak tangga mendatangi Mamanya yang sedang menonton TV seorang diri.

“Nonton apa Ma?” Nadiya duduk di samping Mamanya kemudian mengambil toples kaca yang berisi keripik kentang. Di dalam rumah yang besar ini hanya ada mereka berdua. Dua satpam menjaga di halaman depan rumah, yang tidurnya di pos yang lumayan besar. ART yang bekarja dikediaman Fahriza pulang kampung karena ada urusan keluarga.

“Nonton komedi.”

“Ma, Kak Aldi kapan pulang sih?” Nadiya jadi rindu dengan kakaknya yang satu itu, walaupun selalu jahil padanya.

“Ya masih lama nak. Kenapa rindu ya?” Ranti mencolek dagu Nadiya. “Giliran jauh, kangen. Kalau dekat sering gaduh. Enggak jelas banget kalian.”

“Kan rindu sama uangnya yang banyak, Mah. Jadi bisa minta-minta. Hehe.” Ranti hanya geleng-geleng kepala dengan mata yang tetap fokus ke depan.

Nadiya mulai merasa bosan menonton TV, ia pun mamainkan ponselnya membuka media sosial, tidak ada yang menarik dari situ, lalu Nadiya mematikan ponselnya kemudian meletakkannya di atas meja dan memilih rebahan di sofa.

Derrtt... Derrtt...

Nadiya melihat ponselnya yang berdering menampilkan panggilan masuk dari Laila. Nadiya langsung mengangkat teleponnya, ia berjalan menjahui ruang TV.

"Hallo! Assalamu'alaikum," ucap Nadiya.

"Wa'alaikumsalam."

"Kenapa nelpon?"

"Gak papa."

"Dasar alay!"

"Oh iya gue baru inget, gue mau bilang sesuatu sama lo. Aduh kok gue bisa lupa ya? Padahal di sekolah gue inget banget, kok bisa gitu sih?" Suara Laila terdengar panik dari seberang sana.

"Gak tau dan gak mau tau gue. Hoaamm." Nadiya menutup mulutnya, ia mengantuk mendengarkan Laila yang suka ngampas.

"Hmm, bisa aja lo semut onta! Sarah ngajak main ke rumahnya nih, lo gak ikut?"

Nadiya menatap Ranti yang sedang menonton sambil tertawa.

"Maaf ya, kayanya gue nggak bisa ikut. Kasihan Mama gue di rumah sendiri."

Sebenyarnya Nadiya sangat ingin bergabung dengan sahabatnya. Mendengarkan ocehan Laila yang suka menghayal berlebihan. Mendengarkan Sarah marah-marah panjang lebar bak istri kurang belaian dan itu karena ulah Nadiya dan Laila saat rusuh di kamarnya.

"Yah gue kecewa nih. Tapi yaudah kasihan emak lo ditinggal sendiri. Nanti bisa-bisa lo pergi terus pas nyampe rumah, udah dapat Papa muda aja. Kan bisa barabe jadinya. Hahaha." Dari seberang sana Laila sudah tertawa maksimal.

"Ooo gitu ya? Hahaha." Nadiya tertawa sumbang.

"Mama gue di depan gue loh? Mau gue laporin? Belum pernah ya lihat golok terbang secara langsung?" tanya Nadiya geram.

"Eh jangan Nad, gue cuma bercanda sumpah!

"Oke, mumpung gue lagi bai–"

Tut tut tut

Laila mamatikan sambungan teleponnya dengan sepihak.

*****

“Assalamu'alaikum. Sarah I'm coming!” 

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang