Part 37

519 101 55
                                    

Masih kepada pembaca yang baik, hanya mengingatkan jangan lupa Voment. Makasih.

_  _  _  _  _  _  _  _  _  _  _  _  _  _  _  _  _  _

Seorang gadis cantik tengah berjalan memasuki rumah sakit mewah di malam hari, dengan tangan kiri memegang buah dan tangan kanan memegang ponsel. Ia menelusuri lorong rumah sakit setelah menanyakan di mana letak kamar mawar kepada suster yang lewat. Sampainya di depan pintu ruang mawar yang berada di lantai pertama, ia berhenti sejenak.

Gadis itu sedikit gugup untuk membuka pintunya. Tidak ada orang yang menunggu di luar ruangan itu, berarti di dalam sana ada banyak orang. Itu lah yang ada dipikirannya.

“Nadiya.”

Nadiya melihat Laila yang muncul begitu saja. “Lo juga baru datang?”

“Iya. Lo sendirian aja ke sini?” tanya Laila.

“Mama tadi siang udah jenguk Sarah, jadi gue sendiri diantar supir ke sini.”

Laila mangguk-mangguk. “Emm, lo nggak bareng Reyhan?” tanya Laila hati-hati.

Nadiya tersenyum miris. “Sepertinya dia lagi marah sama gue.”

Laila menggaruk tangannya yang tak gatal, jadi tidak enak sama Nadiya. “Yaudah kita masuk yuk.” Laila merangkul Nadiya mengajaknya masuk.

Kesan pertama melihat ruangan yang ditempati Sarah ini sepi, ternyata dugaan Nadiya salah. Hanya ada dua orang di dalam sini, Nadiya mengedipkan matanya beberapa kali, masih tidak percaya apa yang dia lihat sekarang.

Laila sangat peka dengan situasi saat ini, yang bisa ia lakukan adalah mengelus-ngelus bahu Nadiya, agar sahabtnya ini bisa lebih mengerti dengan kondisi sekarang.

Reyhan tengah tidur pulas dibangku dengan posisi kepalanya di atas brankar Sarah. Sarah tidak tidur, ia terus memperhatikan Reyhan sampai tak menyadari keberadaan dua manusia yang sudah menjaga hatinya kuat-kuat.

“Kalau gak kuat pulang aja yuk,” ajak Laila. Namun Nadiya menggeleng keras.

Tujuannya ke tempat ini untuk menjenguk Sarah dan meminta maaf karena kesalahannya.

“Hai, Sarah,” sapa Nadiya kaku sambil meremas tangan Laila.

Sarah terlihat kaget dengan kedatangan dua sahabatnya, buktinya ia langsung bergerak kecil seperti malu karena tertangkap basah sedang memandangi wajah tampan Reyhan.

“Ini gue bawain buah buat lo, semoga cepat sembuh ya.” Nadiya meletakkannya di atas nakas dekat brankar Sarah dengan sangat hati-hati. Ia takut membangunkan cowok yang sudah membuatnya terus menyalahkan dirinya dengan kejadian di sekolah tadi.

“Lo udah mendingan, Rah?” tanya Nadiya khawatir.

Laila mulai geram karena Sarah masih diam, seakan-akan tidak menganggap kehadiran Nadiya.

“Alhamdulillah ya Rah, cuma kepala lo aja yang diperban, untung aja kaki lo gak patah. Ih gak tau lagi gimana sedihnya Nadiya hanya memikirkan keadaan lo doang.” Laila menekankan kata ‘lo doang’.

Nadiya memberikan tatapan tak suka kepada Laila. Sedangkan Sarah menatap Laila datar.

“Lagi seneng ya lo?” Laila tersenyum penuh makna ke Sarah.

Sabar Nad, batin Nadiya.

“Kayanya lo betah banget ya di sini? Apa lagi dijagain cowok ganteng. Cepat sembuh ya sahabatku,” ucap Laila lantang.

“Laila!”

“Apa sih Nad, kalau lo cemburu ya bilang bukan hanya diam. Lo pikir dia bisa mikir? Enggak! Kepalanya lagi sakit tuh buktinya diperban.” Laila menunjuk kepala Sarah tanpa dosa.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang