Part 41

570 86 157
                                    

Derrtt...

Nadiya yang sedang tertidur pulas kini jadi terbangun. “Emmm, apasih gue masih mau tidur.” Nadiya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut lalu menutup kedua telinganya.

Derrtt...

Karena merasa terusik dengan suara ponselnya, ia menyingkirkan selimutnya kemudian tangannya meraba-raba ke nakas yang ada di dekat kasurnya.

"Hallo dengan siapa?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur.

"Reyhan, pacar kamu."

"Ooo pacar." Nadiya membuka matanya sempurna. "Haaah? Pacar gue?"

"Aku udah di depan pagar rumah kamu, ayo buruan keluar entar kita terlambat."

Nadiya melihat jam weker yang berada di sudut ruangan, matanya memicing sekejap. “Jam tujuh!” Nadiya langsung panik di atas kasur.

"Hallo?" ucap Nadiya berusaha tenang.

"Iya, kenapa Nad?"

"Aku udah berangkat, kamu pergi aja."

Tut tut tut

Berangkat ke kamar mandi.”

Nadiya langsung melompat dari kasur dan berlari mengambil handuk kemudian masuk ke kamar mandi. Detik berikutnya Nadiya menepuk jidatnya kenapa bisa ia mandi membawa ponsel. Ponsel yang ia genggam akhirnya melayang di udara dan tak tahu akan mendarat di mana. Nadiya menutup matanya tak tega melihat ponsel mahalnya hancur karena kelalaiannya.

Bruk

“Alhamdulillah jatunya di atas kasur.”

*****

Plak

Plak

“Lo sengaja ya bawa mobilnya pelan? Biar gue kena hukum?” Nadiya terus memukul tangan Aldi kesal.

“Aduh.” Aldi memasang wajah sedih menahan sakit dan tidak lupa mengucap sumpah serapah untuk Nadiya dalam hati.

“Sini biar gue aja yang bawa mobil!”

“Jangan, lo masih kecil, nanti ditangkap polisi nangis,” ucap Aldi dengan nada mengejek.

Mata indah Nadiya memancarkan permusuhan kepada Aldi. Lama-lama berada di dekat kakaknya akan membuatnya manua perlahan. Ingin sekali Nadiya meninju wajah tampan Aldi.

“Serah, serah!”

“Kesel kan lo? Makanya jangan dekat-dekat cogan.”

“Prettt!”

Akhirnya Nadiya sampai juga di sekolah jam delapan, Nadiya pikir akan sampai di sekolah jam dua siang karena ulah Aldi yang membawa mobil dengan kecepatan pelan dibawah rata-rata.

Aldi menurunkan kaca mobilnya, kepalanya keluar menatap ke lapangan sekolah yang luasnya tidak ketulungan. Bibirnya terangkat ke atas. “Masih ada temen, jadi dihukum nggak sendirian,” ucap Aldi tanpa dosa.

Nadiya memutar bola matanya malas, ia keluar begitu saja tanpa berpamitan dengan Aldi. Baru menginjakkan kakinya ke halaman sekolah Nadiya sudah disambut oleh Bu Maya.

Aldi berdiri dari duduknya mengeluarkan kepalanya lebih panjang dari pintu mobil sambil teriak. “Marahin aja Bu!”

Nadiya memberika jari kelingkingnya, sedangkan Aldi tertawa ngakak sampai terdengar ke lapangan sekolah yang hanya dipenuhi murid yang terlambat.

“Nadiya, kamu sudah berani melanggar peraturan ya?” tanya Bu Maya lantang, sedangkan Nadiya hanya menundukkan kepalanya.

“Semuanya baris! Letakkan tas kalian cepat!” teriak Bu Maya kesetanan.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang