Part 6

1K 244 167
                                    

Aku tidak tahu apa yang kini ku rasakan. Yang aku tahu, hidupku terasa lebih indah dan bersemangat saat melihatmu.

*****

Hujan di pagi hari hingga membasahi ibu kota. Membuat gadis yang memiliki gigi kelinci tertidur sangat nyenyak, hingga melupakan kewajibannya sebagai anak SMA yang harus pergi ke sekolah.

Cowok jangkung bak pengeran membuka perlahan pintu kamar yang ada dihadapannya saat ini. Ia memutar bola matanya saat melihat yang punya kamar masih tertidur pulas di bawah selimut biru.

"Bo, bangun." Suara serak milik Aldi terdengar keras. Ya dia adalah kakak kandung Nadiya. Namun suara itu tak menimbulkan efek untuk membuat Nadiya bangun. Bukan Aldi namanya kalau dia menyerah begitu saja untuk membangunkan si kebo.

"Dasar kebo." Aldi menarik selimut yang menutupi wajah Nadiya, tangannya perlahan menutup hidung milik Nadiya yang akan membuatnya sulit untuk bernapas, dan itu membuat Nadiya bangun dari alam mimpi.

Uhuk! Uhuk!

Nadiya membuka matanya lebar, apa yang barusan terjadi sehingga ia sangat sulit bernapas.

Aldi tertawa melihat ekspresi adiknya yang sangat lucu.

Nadiya menautkan kedua alisnya, kapan kakaknya sampai ke Indonesia. "Ihh! Kak Aldi apaan sih? Ganggu aku tidur aja. Huss huss syeh syeh," usir Nadiya seperti mengusir ayam penjaga sekolahnya.

"Lo gak lihat ini udah jam berapa?" Nadiya langsung melihat ke jam yang ada di atas meja kecil samping kasurnya.

"Hah?!" Matanya melebar melihat jam yang menunjukan pukul tujuh. Dengan cepat Nadiya langsung bangkit dari kasur tidurnya dan berlari untuk mandi. Nadiya merutuki dirinya, kenapa bisa akhir-akhiri ini ia sering terlambat.

Aldi sedari tadi hanya tertawa melihat kelakuan adiknya. "Emang enak gue kerjain," ucap Aldi pelan lalu menuruni anak tangga menuju meja makan.

Nadiya mempercepat gerakannya memasukkan peralatan sekolah ke dalam tas. Nadiya berdiri di depan cermin ajaib, ia merapikan rambutnya yang sedikit keluar dari ikat rambut.

Tak lupa mengambil ponsel yang terletak di meja belajar, saat ingin menutup pintu kamar Nadiya terpeleset tanpa disengaja yang mengakibatkan lutut kanannya sedikit berdarah. Nadiya hanya menepelkan hansanaplas.

"Kamu sakit nak?" tanya Rizal memperhatikan cara turun Nadiya yang terlihat pincang.

Nadiya duduk di samping Aldi dan membuang napasnya dengan kasar, ia langsung memakan makanan yang sudah tersedia. "Nadiya bangun kesiangan Pa, jadinya harus buru-buru, entar telat," ucapnya sambil mengunyah makanan yang masih ada di dalam mulutnya.

"Ditelan dulu makanannya baru bicara," tegur Ranti.

"Iya, Ma."

"Iss! Jorok makan sambil bicara, kebiasaan. Makanya sampai sekarang gak ada yang mau sama kamu." Kalau saat bersama orang tunya Aldi memanggi Nadiya dengan embel-embel aku kamu.

Nadiya menatap tajam Aldi dengan kerutan dikeningnya. "Emang kakak udah punya pacar, belum kan?"

Aldi diam sebentar memikirkan alasan apa yang akan ia ucapkan. Tapi alasan apa? Ucapan Nadiya memang benar dan merusak mentalnya.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang