Part 28

514 106 31
                                    

Sudah lebih dari dua minggu Sarah tidak masuk sekolah. Hal itu yang membuat dua sahabatnya sangat merindukan Sarah. Tidak ada yang tahu alasan kenapa Sarah tidak masuk sekolah, yang ada hanya izin yang selalu tertulis di buku absen kelas.

Nadiya membuka satu per satu lembaran buku Biologi yang sangat tebal. Laila sedang menulis absen yang ada di meja penjaga perpustakaan, kemudian duduk di depan Nadiya sambil membawa buku tulis beserta bolpoin.

Tidak banyak siswa yang berkeliaran di perpustakaan dan itulah kenyataannya selama ini. Hanya dua tempat yang selalu dipenuhi oleh siswa. Pertama kantin, saat bel istirahat berbunyi 50% dipastikan siswa pada ngisih perut mereka yang kosong. 

Kedua toilet, 40% siswa berlomba-lomba masuk ke toilet untuk membuang hajat. Ya taulah kalau masuk paling terakhir itu gak enak banget. Kenapa? Karena mau tidak mau harus nyium bau yang barusan mereka buang di dalam toilet itu, dan siswa yang nyium bau itu rasanya seperti tantangan tersendiri. Tantangan tersendiri untuk tidak ngehujat orang yang baru keluar dari toilet.

Dan 10% lagi mencar seperti Nadiya dan Laila yang lebih memilih ke perpustakaan.

“Jadi latihan kita gimana? Sarah juga belum pulang.” Laila membuka suara.

“Gak ada pilihan lain, kita latihan dulu tanpa Sarah. Kita juga belum tau kapan Sarah kembali,” ucap Nadiya sambil menulis.

“Iya sih, mungkin lebih baik begitu.” Laila memainkan ponselnya kemudian melakukan video call dengan Valdo.

"Hai kak!" sapa Laila saat wajah Valdo muncul di layar ponselnya.

"Hai. Kenapa, tumben VC gue?"

"Ahh pengen nanya aja sih kak gak lebih. Soal lomba itu"

"Pulang sekolah aja ngumpul di ruang musik. Umumin juga sama anak-anak yang ikut lomba."

"Siap ketua!" Laila memberi hormat.

"Sendiri aja nih di perpus?"

"Ada Nadiya juga nih kak." Laila memutar ponselnya menghadap wajah Nadiya yang sedang serius membaca.

“Nad, Kak Valdo nih.”

"Hai Nad, serius amat. Sama gue kapan seriusnya? Jadi pengen seriusin," goda Valdo

Tanpa dua cewek itu sadari, sedari tadi Reyhan berada di rak buku yang ada di belakang mereka. Reyhan mengepal buku-buku yang sedang ia pegang untuk melampiaskan rasa kesalnya kepada Valdo. Reyhan sangat tidak suka kalau ada cowok lain yang mencoba menggoda pacarnya.

"Bicara apa sih kak? Gak jelas banget," tanya Nadiya yang kurang mencerna ucapan Valdo.

"Yahhh, masih nggak peka juga. Apa mungkin gue nyerah aja sampai sini Nad?" ujar Valdo dengan wajah lesuh.

"Terserah," jawab Nadiya asal.

"Nad lo itu cantik tapi sayangnya nggak peka. Buktinya sekarang lo udah jadian. Lo tau kaya apa perasaan gue? Rasanya kecewa Nad."

"Apaan sih kak? Sumpah gak lucu." Nadiya menatapnya datar.

"Lo mau tau maksud dari kata-kata gue barusan?"

"Enggak sih," ucap Nadiya sambil nyengir.

"Gue suka sama lo. Percuma juga sih gue bilang sekarang karena gue udah telat kan?"

Nadiya menggaruk keningnya yang tak gatal. Nadiya bingung sekaligus salah tingkah dengan pernyataan Valdo barusan.

"Kak jangan bercanda ya!"

"Gue serius Nad. Apa perlu gue bilang lewat mic biar lo percaya?"

Nadiya hanya tertawa hambar setelah mengetahui perasaan Valdo. Nadiya tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada Valdo bahwa dia sudah jelas-jelas memiliki pacar.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang