Part 44

560 55 56
                                    

Di sebuah kamar yang gelap namun masih ada pencahayaan dari lampu malam dengan bentuk gitar yang terletak di pojok ruangan. Waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam, sosok cantik sekaligus pemilik kamar itu belum juga merasa kantuk. Ia tengah bersandar di kepala kasurnya sambil memeluk boneka kelinci pemberian seseorang yang tak lagi bersamanya.

Dengan pandangan sendu ia menatap beberapa figuran yang terpajang di dinding, figuran itu tersusun dengan bentuk abstrak. Semua figuran yang terpajang merupakan moment yang tak akan bisa ia lupakan, baik itu moment bahagia atau sedih. Semua itu mempunyai arti.

Dia pikir dengan memilih hubungannya berakhir akan bisa membuatnya lebih baik, ternyata salah besar. Gadis itu malah semakin sakit. Bagaimana bisa kita harus melupakan orang yang masih kita sayang? Hati memang tidak bisa berbohong, tapi hati selalu tersakiti. Serba salah.

Tok tok tok

“Kebo! Kamu udah tidur?” tanya Aldi yang berdiri di depan pintu kamar Nadiya. Karena tak ada jawaban dari Nadiya, lantas Aldi berfikir bahwa adiknya sudah berada di alam mimpi. Aldi pun beranjak dari tempatnya.

Brak!

Nadiya melemparkan boneka itu ke sembarang arah, ia memang lemah. Sudah disakiti, dibohongi, tetap saja masih sayang. Apa cowok itu telah mengguna-gunainya ke dukun? Makanya Nadiya terus kepikiran sama cowok berengsek itu.

“Berengsek!”

Air matanya mulai meluncur membentuk sungai kecil, Nadiya sudah mencak-mencak di atas kasur, cowok itu benar-benar membuatnya bimbang.

Bantal dan boneka yang berada di dekatnya terbang ke udara dan mendarat ke lantai bahkan ada yang tersangkut di atas lemari. Baru kali ini rasanya patah hati yang sangat berkesan. Nadiya mengacak rambutnya, ia meratapi kejadian demi kejadian saat dimana ia mulai membuka hatinya kembali untuk seseorang yang memang sudah lama mampu menarik hatinya, dan sebisa mungkin ia menahan semua itu.

Kenapa? Kerena Nadiya takut penghianatan akan ada lagi dalam hubungannya, sama seperti hubungannya dengan Angga dulu. Berakhir karena memang tak ada komitmen dan selalu diwarnai dengan kebohongan.

Dan entah kenapa Nadiya bisa yakin dan mencoba membuka hatinya kembali untuk seorang Reyhan. Mungkin lembaran baru akan berbeda dari sebelumnya, itulah yang Nadiya pikirkan saat perasaan merah jambu telah tumbuh kembali. Seiring lembaran silih berganti, setiap lembaran menggambarkan beberapa kisah percintaan dari semanis jambu sampai semanis madu. Kata orang pertengkaran di dalam sebuah hubungan merupakan bumbu percintaan, ibarat sayur tanpa garam. Intinya kedua itu harus ada. Dan bumbu percintaan itu telah merubah kisahnya yang semanis madu menjadi sepahit empedu.

Tak perlu menunggu hujan redah untuk datangnya pelangi. Semua tau bahwa senja datang hanya untuk sesaat, karena akan ada kegelapan malam yang menggantikannya, dan hanya bintang-bintang kecil yang menemani kesepian malam.

Derrtt!

Derrtt!

Nadiya menatap horor ponselnya, ternyata cowok itu masih manghubunginya sampai sekarang, walau ratusan pesan dan puluhan panggilan masuk dari cowok itu tetap saja Nadiya abaikan. Itu balasan buat cowok yang hanya memberikan angan-angan dari cewek yang terus mengharapkan angan-angan belakang. Agar dia tau bagaimana rasanya kecewa, sakit, dan menyesal. Paket platinum.

*****

Sedangkan di tempat lain, di sebuah rumah mewah seseorang yang sejak tadi menghabiskan waktunya hanya dengan berdiri mondar-mandir di balkon kamarnya. Sesekali ia mengacak rambutnya geram. Ponsel mahalnya juga belum memunculkan balasan dari kekasihnya. Iya kekasih, sampai kapanpun ia tidak ingin hubungannya berakhir hanya karena kesalah pahaman dan kesalahannya.

Tanya Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang