BLACK ANGEL

416 58 1
                                        

Gita dan Devano memperhatikan mobil jenis SUV berwarna putih yang pergi meninggalkan cafe itu.
Mobil yang membawa wanita malang bersama suaminya.

"Kalau kamu samperin mereka untuk nolong cewek itu, ga ada gunanya. Cewek itu akan tetep bela suaminya, walaupun rela dipukulin sampe mati." Ucap Gita mengalihkan perhatian Devano dari keterkejutannya barusan.

"Saya masih punya rasa empati sebagai sesama manusia." Jawab Devano segera berbalik dari hadapan Gita.

"Rasa empati kamu ga ada artinya kalau dikasih ke orang yang ga tepat."

Devano tak menyahut lagi, ia kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Gita.

"Gila ya, Gita lo jangan cari masalah lagi deh." Protes Nina berlari menghampiri Gita dengan panik.

Ia benar-benar kaget barusan ketika melihat Gita akhirnya mau berbicara dengan seorang laki-laki.

"Kalau mau deketin cowok tuh ga gitu. First of all, lo jangan pake baju kebangsaan lo gini. Pake baju yang lebih colorful atau minimal-"

"Cariin gue info tentang cowok itu." Jawab Gita tersenyum ke arah Nina.

"Hah? Lo beneran suka sama dia?"

"Katanya lo mau gue nulis genre romance kan?" Sahut Gita melangkahkan kakinya menuju mobil Avanza berwarna hitam miliknya.

"Terus apa urusannya sama cowok tadi? Lo ga akan jadiin dia bahan eksperimen lo kan?"

"Gue mau informasi tentang cowok itu malam ini juga. Namanya Devano, dan dia trauma karena batal nikah. Gua minta informasi serinci mungkin - kalau lo tetep ngotot minta gue nulis genre romance." Jawab Gita kembali masuk ke dalam mobilnya.

Nina menghela napas panjang kemudian berjalan memutar dengan gontai menuju kursi penumpang. Namun sebelum ia sempat membuka pintu mobil, Gita sudah lebih dulu melajukan mobilnya meninggalkan Nina yang hanya bisa menghela napas lagi.

"Kan... Kebiasaan. Si Gita kalau udah mau sesuatu mesti, kudu, wajib banget langsung diturutin. Untung jarang ada maunya." Gumam Nina pelan. "Tapi sekali ada maunya, susah banget! Dipikir gue detektif apa nyariin info orang? Jam berapa sekarang!?" Gerutu Nina tak habis pikir.

Ia harus kembali ke dalam Wendy's Cafe dengan perasaan campur aduk memikirkan bagaimana ia bisa mendapatkan informasi mengenai orang yang tak ia kenal sama sekali itu.

***

Devano Gautama Saputra. Ia melangkahkan kakinya dengan gontai ke dalam indekos-nya.

Begitu kakinya berpijak di atas lantai kayu yang dilapisi karpet, ia menjatuhkan dirinya. Menyenderkan punggungnya pada dinding ruangan yang dingin.

Masih jelas gambaran tadi dibenaknya, ketika perempuan tadi di tampar. Devano memijat pelipisnya pelan, kemudian memejamkan matanya.

"Rasa empati kamu ga ada artinya kalau dikasih ke orang yang ga tepat."

Devano segera membuka kedua matanya begitu mendengar lagi kalimat yang diucapkan oleh wanita aneh yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.

Ia segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Matanya langsung melirik ke arah kalender yang tergantung di ruang tengah.

Ada lingkaran merah yang terdapat di angka 21 bulan Desember.
Itu adalah hari kematian Nissa.

Entah kenapa selama 5 tahun ini, ia tak pernah memanfaatkan jatah cuti-nya untuk bersenang-senang. Ia malah menggunakan jatah cuti-nya untuk pergi ke pemakaman.

LOVE ME, HEAL METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang