"Jadi begitu, pak. Perluasan kebun jagung saya diharapkan bisa membuka lapangan pekerjaan lebih luas juga disini. Untuk itu saya perlu perizinan dulu untuk penyuluhan di sini." Ucap Darso menjelaskan niatnya kepada Agus, sang Kepala Desa.
Tentu saja niat tersebut disambut baik oleh Agus. Ia menganggukkan kepalanya kemudian menoleh kepada Darso lagi.
"Bagus pak... Saya usahakan surat izin-nya cepat diurus." Ucap Agus membuat Darso tersenyum puas.
Baru saja ia ingin berpamitan, tiba-tiba beberapa warga datang dengan suara teriakan-teriakan kemarahan.
Hal itu sontak membuat Agus dan Darso segera keluar untuk melihat apa yang terjadi di luar bangunan Balai Desa ini.
Betapa terkejutnya mereka melihat para warga membawa seorang laki-laki yang sudah babak belur hingga terkulai tak berdaya sementara warga lainnya sibuk memegangi laki-laki lainnya yang terlihat amat marah.
"Ada apa ini?" Tanya Agus kepada para staf Balai Desa yang berjaga di luar.
"Saya ga mau tahu! Jangan halangi saya untuk membunuh binatang itu sekarang!!"
Faris, yang yang merupakan staf Balai Desa itu menghampiri Agus sementara staf lainnya berusaha membantu warga untuk memisahkan mereka dan beberapa lagi sibuk mengamankan laki-laki yang sudah babak belur itu.
"Begini pak... Itu, warga kita namanya Wisman. Menurut pengakuan warga, pagi tadi dia sudah mengejar pemuda yang bernama Ijan itu. Katanya anak gadisnya... Diperkosa sampai hamil. Jadi Wisman memukuli Ijan bahkan berniat membunuh." Jelas Faris yang panik.
"Amankan dulu saja keduanya. Lalu lapor polisi. Kita selesaikan ini secara baik-baik." Ucap Agus menatap khawatir pada kerusuhan yang syukurnya mulai mereda itu.
"Pak Darso, maaf mungkin kita akan bicarakan lagi nanti. Saya harus menangani mereka dulu. Permisi." Ucap Agus kemudian buru-buru berbalik untuk menenangkan salah satu warga yang mengamuk itu.
Sementara Darso hanya diam sambil memandangi perdebatan adu mulut yang sekarang terjadi di Balai Desa ini
Ia berjalan pelan-pelan meninggalkan Balai Desa dengan motornya. Sementara pikirannya mulai bercabang melihat kejadian yang terjadi di depan matanya itu.
Ketika sampai di rumahnya pun, para tetangga terlihat masih sibuk membicarakan aksi brutal Wisman.
Ia memarkirkan motornya, kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya.
"Pak..." Panggil Rita yang juga terlihat baru masuk ke dalam rumah sambil membawa satu kantong kresek belanjaan di tangan kanannya.
"Kejadian lagi." Ucap Rita sambil melenggang ke arah dapur.
Sementara Darso mengambil air minum dari teko.
"Si Risma, hamil akibat diperkosa. Padahal lulus SMP saja belum." Ucap Rita prihatin.
"Iya, kasihan..." Jawab Darso membuat Rita berhenti sejenak memetik daun bayam yang akan dimasaknya.
"Kasihan? Untuk apa? Risma punya bapaknya yang rela masuk penjara buat menghukum orang yang menyakiti dia. Dia juga punya ibu sama saudara yang siap merawatnya. Menahan cacian warga..." Sahut Rita dengan nada menyindir sekaligus kesal.
Kali ini Darso tak menyahut. Ia malah beranjak dan berjalan keluar dari dapur menuju ke teras rumahnya untuk mengurus burung peliharaannya.
Sebenarnya ia paham kearah mana istrinya bicara. Namun ia sendiri bingung harus bagaimana. Ia malu untuk mengakui bahwa dirinya memang telah salah pada Gita. Ia sungkan mengatakan kalau dirinya memang tak pantas menjadi seorang bapak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, HEAL ME
RomanceAnggita Wirahma adalah seorang penulis novel horor yang memiliki gangguan emosional dan kesulitan percaya kepada semua orang. Tapi bagi Devano, Anggita adalah perempuan berkepribadian ganda yang selalu jadi trouble maker dimana pun ia berada. Namu...