BAGIAN DARI LUKA

207 42 7
                                    

Tepatnya 5 tahun yang lalu Gita pergi ke sebuah desa yang terletak tepat disebelah desa tempat tinggalnya.

Saat itu, Gita pergi ke Yogjakarta hanya ingin melihat kedua orang tuanya dari kejauhan dan melihat keadaan orang-orang desanya.

Gadis dengan midi dress brokat berwarna hitam itu berjalan-jalan di malam hari sendirian untuk melakukan niatnya itu.

Ia berdiri di depan pintu rumah kedua orang tuanya yang sepi senyap seperti biasanya. Gita hanya diam mengamati keheningan itu setelah ia mendengar pertekaran mereka yang lagi-lagi membahas dirinya.

Kemudian ia berjalan melewati kampung, selama 3 jam lebih hanya berjalan menunduk. Ia tahu pasti pandangan warga kampung terhadapnya masih sama.

Sejak saat itulah Gita benar-benar berniat untuk melupakan desa tempatnya dibesarkan itu.

Sebelum mengajak Nina untuk pulang kembali ke Jakarta, tanpa sadar langkah kakinya sudah sampai di desa sebelah yang sangat sepi.

Langkahnya terhenti ketika mendengar suara jeritan dari perkebunan singkong yang banyak ditumbuhi pohon-pohon pisang juga.

Dari suara-suara aneh yang didengarnya ketika ia makin dalam melangkah ke perkebunan tersebut, Gita sudah menerka-nerka apa yang terjadi.

Namun ketika langkahnya sudah sampai di tempat kejadian, ia terlambat. Gadis itu sudah luluh lantah karena kelakuan bejat seorang laki-laki.

Dan di sanalah Gita sengaja memotret pria itu dengan cahaya flash sehingga perhatian pria itu teralih padanya.

Setelah itu, ia berbalik pergi meninggalkan laki-laki yang terlihat kelabakan mencoba mengejarnya sementara itu, ia bersembunyi di balik sebuah kandang sapi. Beruntung karena bajunya yang serba hitam, pria itu tak menemukannya.

Namun, ketika Gita akan pergi, tiba-tiba kakinya ditahan oleh seseorang. Dan yang menahannya bagai hantu di malam hari itu adalah perempuan korban pemerkosaan tadi.

Tiba-tiba saja Gita merasa merinding melihat perempuan yang tak ia kenal ini. Namun perempuan itu terlihat berusaha berbicara sesuatu.

"Gita?" Panggil Devano sambil menepuk-nepuk bahu gadis itu yang tiba-tiba melamun untuk waktu yang cukup lama.

"Dia emang sering begini?" Tanya Devano pada Nina dengan khawatir.

"Engga. Gue juga ga tahu dia kenapa, Kak..." Jawab Nina ikut khawatir karena Gita melamun sambil menundukkan kepalanya sementara tangannya masih memggenggam ponsel milik Devano.

"Gita." Panggil Devano kali ini mencubit pipi Gita hingga gadis itu akhirnya menoleh ke arah Devano dengan gerakan refleks namun tatapannya masih kosong.

"Devan..." Panggil Gita pelan.

"Ya, kenapa? Kamu ga enak badan? Masih sakit?" Tanya Devano.

"Saya mau pulang. Saya laper." Jawab Gita segera mengembalikan ponsel milik Devano kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan Nina dan Devano yang saling bertukar pandang heran.

Sementara Gita masih sibuk berusaha menekan dirinya untuk tidak lagi ikut campur urusan mereka khususnya Devano. Ia hanya membutuhkan kisah Nissabila dan Devano. Selebihnya bukanlah urusan dirinya.

"Gita..." Panggil Devano menahan tangan Gita.

"Saya udah janji untuk selesain ceritanya hari ini."

"Tapi saya harus pulang sekarang."

"Hey! Gue punya ide. Devano kan chef... Gimana kalau dia ikut ke apartemen untuk masak dan kita sarapan bareng?" Tanya Nina mencoba memberikan saran.

LOVE ME, HEAL METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang