MAWAR HITAM

228 43 0
                                    

Gita berjongkok dan menarik anak itu untuk berdiri tegap. Kemudian ia meraih tangkai bunga mawar yang bunganya sendiri sudah hancur.

Setelah itu, ia melepas topi fedora-nya, mencopot pajangan bunga mawar hitam beserta pitanya yang tertempel di topi itu dengan keras.

Ia melilitkan pita tersebut ke tangkai bunga, dan jadilah satu tangkai bunga mawar hitam. Kemudian Gita memberikannya kepada anak itu.

Devano mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil berusaha menahan senyumnya melihat niat Gita yang ternyata tulus.

"Ga mau... Aku mau yang warnanya merah..." Rengek anak perempuan itu membuang bunga yang diberikan oleh Gita hingga Gita menahan napasnya menatap anak perempuan ini.

"Kamu harus belajar, kalau kamu ga bisa balikin sesuatu yang udah kamu hancurin. Kamu pikir-"

Nina menggigit bibirnya panik ketika Gita hampir saja menyemprot anak ini. Dan entah kenapa Gita berhenti. Tapi apapun itu, Nina bersyukur Gita berhenti.

Sementara Devano hanya mengawasi dari jauh, karena ia tak ingin ketahuan lagi ikut campur urusan perempuan aneh yang sering bolak balik ke cafe itu.

Anak itu menatap Gita dari atas sampai bawah. Kemudian, ketika Gita sedang melepas kembali pita tadi dari tangkai bunga mawar, tiba-tiba anak itu menyentuh kancing bulat berwarna gold yang ada di blezer Gita.

"Ini kelereng?" Tanya anak itu penasaran.

"Bukan." Jawab Gita singkat sambil memakaikan pita tadi di rambut anak itu dan memposisikan bunga mawar hitam itu di bagian depan. Kemudian Gita membuka kamera ponselnya.

"Yang warna ini juga bagus, kan?"

Anak tadi menatap dirinya sendiri di kamera ponsel Gita kemudian tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Ya udah sana." Ucap Gita sambil berdiri kembali.

Anak itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya dan menyodorkannya kepada Gita sambil mendongakkan kepalanya.

"Cokelat buat tante." Ucap anak itu karena Gita masih tak mengambil cokelat tersebut.

"Saya ga suka." Jawab Gita singkat kemudian melangkahkan kakinya bersama Nina.

"Terima aja, Git..." Bisik Nina karena anak itu mengikuti Gita dan kembali menyodorkan cokelat tersebut.

Gita baru saja akan menyentak anak itu, namun ia melirik ke arah Devano yang menatapnya seperti sedang mengawasi. Ia kembali teringat tentang perjanjian mereka.

Jadi dengan sangat terpaksa Gita mengambil 3 biji cokelat berbentuk koin itu.

"Kakak cantik... Tapi kenapa benjol kepalanya?" Tanya anak perempuan itu.

Gita menatap tajam ke arah anak perempuan itu kemudian kembali mengabaikannya.

Ia hanya ingin buru-buru mengambil buku catatannya dari Devano dan tak peduli dengan anak itu.

"Devan, kembaliin-"

"Kamu ga liat saya lagi kerja? Hari ini ada acara amal. Pengunjung kita lebih banyak. Jangan ganggu saya." Jawab Devano kemudian berjalan meninggalkan Gita yang tentu saja tak akan menyerah sebelum mendapatkan kembali bukunya.

"Ya udahlah, Git. Kita tunggu aja. Lo juga kan belum sembuh banget."

"Gue ga akan tenang kalau barang gue ada sama orang lain." Sahut Gita kemudian kembali menghadang Devano.

"Balikin buku saya." Tukas Gita. "Sekarang." Lanjutnya sambil melipat kedua tangannya.

"Iya, om... Kembaliin. Kata bu Fatin, ga boleh ambil barang orang lain." Sambung anak perempuan berusia 5 tahun yang masih memakai pita mawar hitam dari Gita.

LOVE ME, HEAL METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang