"Mbak! Liat-liat dong! Punya mata tuh dipake buat liat!" Bentak laki-laki yang berulang kali melontarkan kata-kata kasar tanpa memperdulikan seluruh pengunjung cafe tengah memperhatikannya.
"Oh buat liat? Iya saya liat kok yang barusan saya lempar itu buku tepat ke kepala kamu. Mungkin kamu yang harusnya pake mata kamu untuk liat istri kamu yang kerepotan sama anak-anaknya. Bukan malah sibuk main handphone sambil ngomel." Ucap Gita menatap laki-laki itu dengan berani.
"Lo ga tahu apa-apa ya, mbak! Jangan sembarangan ngomong! Kurang ajar!"
"Istri kamu bawa 2 bayi kamu sendirian, kamu suruh pesen makanan juga, dan kamu masih marahin dia karena salah pesen kopi. Emangnya kamu pikir saya ga liat kamu ngamuk sampe tangan istri kamu kena kopi panas ini?" Sahut Gita dengan berani.
"Kopi panas apa? Lagian cuma kecipratan sedikit!"
"Oh, oke. Coba kita buktiin seberapa panas kopi yang baru selesai dibikin ke kulit kamu." Jawab Gita sambil meraih cangkir kopi espresso itu dengan kasar dan hendak menyiramnya ke arah pria itu jika saja tidak di tahan oleh para pelayan di sana.
"Sudah pak... Sudah..." Ucap sang istri menenangkan suaminya yang terlihat akan menyerang Gita balik. Ia juga jadi semakin panik karena kedua anaknya menangis lebih keras.
"Saya akan tuntut kamu ya!"
"Pengecut." Sahut Gita tersenyum miring. Hal itu semakin menambah emosi pria tadi hingga berhasil menarik Gita untuk menyerangnya.
Devano sudah berlari untuk turun tangan dalam kejadian buruk ini. Ia harus memisahkan dua orang ini sebelum terjadi hal yang lebih parah.
Namun yang ia lihat ternyata gadis itu berhasil menangkis serangan pria tadi dengan buku tebalnya.
"Saya akan tuntut kamu! Inget ya!"
"Kalau gitu saya akan tuntut kamu balik. Dan satu lagi, saya akan laporin kasus penganiayaan kamu ke istri kamu. Gimana?" Sahut Gita dengan santai. Kemudian Gita berbalik dan menahan tangan istri pria tadi yang akan menamparnya.
"Jangan marah sama orang yang nyadarin kamu, kalau kamu itu lemah." Ucap Gita dengan penuh penekanan.
Pria tadi segera bangkit dan menarik istrinya untuk pergi. Bahkan seorang pelayan harus mengejar mereka sambil menggendong satu anak mereka yang hampir tertinggal di sana.
Sementara Devano cukup tercengang melihat gadis ini dengan santai kembali ke mejanya dan kembali disibukkan dengan aktifitasnya menulis di laptop.
"Sial, gue jadi lupa tadi mau nulis apa lagi." Gerutu Gita sambil meremas kertasnya dengan kesal.
Devano yang juga kesal pun segera mengetuk-ngetuk meja Gita hingga gadis itu akhirnya menoleh ke arahnya.
"Saya ga niat pesen kopi lagi." Ucap Gita ketus.
"Keluar." Sahut Devano mengagetkan para pelayan dan tamu yang lainnya.
"Kenapa?"
"Karena bikin keributan disini. Jadi kamu juga perlu keluar." Sahut Devano kesal. Tapi Gita tak bergerak sama sekali.
"Kenapa harus keluar? Dia bener kok. Cowok model kaya begitu emang perlu dikasih pelajaran." Sahut seorang pelanggan perempuan yang memakai hijab berwarna navy yang duduk di belakang Gita.
"Saya juga tadi liat, istrinya harus ngantri lama sambil sibuk ngurus dua bayi. Sementara suaminya duduk-duduk sambil ketawa-ketawa main handphone." Sambung pelanggan wanita berambut hitam sebahu yang berada dua meja di depan Gita.
"Tadi istrinya juga sempet meringis waktu ketumpahan kopi. Untung mbak-nya peka." Jawab pelanggan perempuan yang duduk di sebelah pelanggan dengan hijab berwarna navy tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, HEAL ME
RomansAnggita Wirahma adalah seorang penulis novel horor yang memiliki gangguan emosional dan kesulitan percaya kepada semua orang. Tapi bagi Devano, Anggita adalah perempuan berkepribadian ganda yang selalu jadi trouble maker dimana pun ia berada. Namu...