Jam digital berwarna hitam yang digunakan Devano menunjukkan pukul 10:01 malam. Bunyi jam tangannya beriringan dengan terbukanya kedua mata Gita.
Devano yang sedari tadi berusaha menahan kantuk, sudah tidak begitu kaget lagi dengan bangunnya Gita.
Karena dokter sudah memperkirakan Gita akan terbangun dari tidurnya 1-2 jam lagi.
Gita mengedarkan pandangannya ke sekitar, dan ia tak percaya ada di dalam ruang rawat yang memiliki sekat 6 gorden.
Ketika ia menoleh ke arah Devano, tiba-tiba ia kembali mengingat posisi terakhirnya tadi sedang bersama Daffa. Dan ia juga masih ingat bagaimana Daffa menghindar dari pukulan itu sehingga ia yang terkena pukul dan pingsan.
Ia mengepalkan tangannya dan segera membuka selimutnya kemudian mencoba bangkit. Tentu saja Devano segera menahannya.
"Minggir. Mana si Daffa, kurang ajar banget itu cowok. Liat aja sampe ketangkep sama gue..." Ucap Gita berusaha berontak dan menyingkirkan Devano.
"Git, kamu masih lemah. Kata dokter-"
"Kamu mau lindungin adik kamu lagi? Saya ga bisa. Minggir, Devano... Saya harus kasih dia pelajaran sekali-sekali biar ga kurang ajar." Sahut Gita masih berusaha keras.
Karena Gita memang masih lemah, akhirnya Devano bisa kembali membaringkan tubuh Gita ke atas tempat tidur dan menguncinya dengan selimut.
"Kata dokter kalau kamu jalan, nanti yang ada jatuh lagi. Jadi kamu harus pulihin dulu badan kamu sebelum nyusul si Daffa." Sahut Devano dengan tegas karena rasa kantuknya, ia menjadi lebih kesal.
"Saya ga suka diperintah siapapun. Jadi jangan suruh saya-"
"Saya ga perintah kamu. Saya minta sama kamu untuk diem." Sergah Devano akhirnya berani memotong ucapan wanita keras kepala ini.
Gita menghela napas panjang kemudian bergerak untuk duduk dan membuat Devano mendelik ke arahnya.
"Saya cuma mau duduk." Jawab Gita."Kamu belum ngobatin luka pukul tadi siang?" Tanya Devano sambil menunjuk luka garis merah sepanjang 1cm di pipi kanan Gita.
Gita tak menyahut. Ia malah mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dan saat itu, Devano menyadari ekspresi lain dari Gita selain ekspresi datar dan kejam seperti sebelumnya.
Gadis berusia 26 tahun ini terlihat seperti anak kecil yang innocent.
"Dan hari ini kamu udah kena pukul 2 kali."
"Gara-gara adik kamu."
"Terus kenapa kamu mau ikut campur urusan dia? Bukannya kamu benci sama dia?"
Gita terdiam. Ia tak menyangka akan langsung ditanya seperti ini. Padahal rencana awalnya seharusnya tidak begini.
"Saya perlu telepon Nina." Jawab Gita mengabaikan pertanyaan Devano lagi. Kemudian Devano pun memberikan ponsel milik Gita.
"Nina tadi udah ke sini. Tapi tiba-tiba dia pergi, katanya perlu ketemu seseorang." Ucap Devano membuat Gita berhenti untuk mencoba menelepon Nina.
Gita menghela napas panjang lagi. Kemudian akhirnya ia beralih pada Devano.
"Terus kamu ngapain disini?"Ditanya seperti itu, tentu saja Devano kembali mengelus dada berusaha untuk sabar. Jika saja dirinya kejam, mungkin sudah sejak tadi ia pergi meninggalkan Gita sendirian di rumah sakit ini.
"Saya diminta Nina untuk tungguin kamu disini. Dan saya juga ngerasa bertanggung jawab karena gara-gara adik saya kamu begini." Jawab Devano sambil beranjak dari tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, HEAL ME
RomanceAnggita Wirahma adalah seorang penulis novel horor yang memiliki gangguan emosional dan kesulitan percaya kepada semua orang. Tapi bagi Devano, Anggita adalah perempuan berkepribadian ganda yang selalu jadi trouble maker dimana pun ia berada. Namu...