Pukul 22:10 PM, Gita dan Devano diminta untuk mendatangi kantor kepolisian.
Hampir satu jam proses yang dibutuhkan agar Gita mendapatkan informasi mengenai Dennis.
"Kami masih melakukan pencarian terhadap saudara Dennis. Tapi di dalam rumahnya, kami menemukan beberapa lukisan dan salah satu lukisannya adalah lukisan Bu Anggita. Apa Bu Anggita tahu soal ini?" Tanya salah satu pihak kepolisian sambil memberikan kertas print yang menunjukkan foto sebuah canvas dengan lukisan wajah Gita yang dirobek.
"Kami juga menemukan bukti dari rekaman CCTV bahwa saudara Dennis beberapa kali mendatangi gedung apartemen Bu Gita sekitar pukul 040:00 - 05:00 dini hari. Serta satu kali melakukan perusakan ban motor di parkiran. Apa ada hubungannya dengan anda atau saudari Nina?"
Devano terdiam, ia jelas langsung mengerti yang dimaksud pasti rekaman CCTV di parkiran gedung apartemen Gita dimana salah satunya adalah tragedi perusakan ban motornya.
"Dia memang beberapa kali meneror saya, Pak. Sekitar 3 hari, saya menemukan barang-barang yang ditaruhnya di depan pintu apartemen saya. Bukan barang yang berbahaya tapi cukup membuat saya terganggu. Dan soal perusakan itu, saya kurang tahu..." Jawab Gita pelan. Sementara petugas polisi itu mengetik semua keterangan yang Gita berikan.
"Siapapun pelakunya, tolong pak... Bujuk keluarga korban untuk melakukan autopsi. Saya yakin kematian Nina bukan sekedar bunuh diri." Ucap Gita memohon.
"Untuk saat ini bukti dan penyebab kematian korban sudah mengarah pada bunuh diri, Bu. Di latar belakangi juga dengan pertengkarannya dengan Bu-"
"NINA ITU BUKAN ORANG YANG LEMAH PAK! DIA PUNYA BANYAK KEINGINAN GA MUNGKIN BUNUH DIRI SEMUDAH ITU!" Bentak Gita sambil memukul meja di hadapannya.
Otomatis Devano pun segera menahan Gita yang mungkin akan lebih mengamuk.
"TOLONG CARI DENNIS. SAYA YAKIN PAK, DENNIS BENCI SAMA SAYA MAKANYA DIA-"
Kali ini bukan hanya Devano, tapi beberapa petugas polisi lain pun mulai menenangkan Gita dan menyeret Gita keluar dari kantor polisi tersebut.
"Lepasin!" Bentak Gita kepada para petugas kepolisian itu.
Devano segera menarik Gita untuk masuk ke dalam mobil kemudian ia berjalan kembali menghampiri polisi.
"Maafkan teman saya pak, dia sangat terpukul dengan kematian Nina." Ucap Devano kepada para polisi tersebut.
"Begini saja, Pak. Tolong Bu Gita menenangkan diri dulu saja. Kalau dia masih bersikap seperti ini, kita akan kesulitan. Kasus ini juga masih kami proses, tolong kerja samanya."
"Baik, pak... Terimakasih..." Ucap Devano kemudian pamit untuk pergi. Ia buru-buru menahan Gita yang sudah kembali keluar dari mobil.
"Gita udah cukup kita-"
"Kamu yang cukup nahan saya!" Bentak Gita sambil melepaskan tangan Devano yang menahannya.
"Kamu ga ngerti, Devan! Mereka harus cari Dennis dan lakuin autopsi sekarang! Kalau mereka ga mau saya yang nyari Dennis dan habisin nya-"
Devano buru-buru membekap mulut Gita dengan tangannya dan memepetkan Gita ke mobil sambil menatap gadis itu dengan tajam.
"Saya tahu kamu marah karena kehilangan Nina. Saya tahu kamu terpukul. Tapi satu-satunya cara untuk selesain ini, kita harus tenang." Ucap Devano dengan tegas.
"Kamu ga perlu khawatir, saya akan bantuin kamu. Satu hal yang harus kamu lakuin..." Lanjut Devano kali ini menurunkan tatapannya dengan kedua mata berbinar. "Kamu harus percaya sama saya. Kamu harus percaya sama orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, HEAL ME
RomanceAnggita Wirahma adalah seorang penulis novel horor yang memiliki gangguan emosional dan kesulitan percaya kepada semua orang. Tapi bagi Devano, Anggita adalah perempuan berkepribadian ganda yang selalu jadi trouble maker dimana pun ia berada. Namu...