DUA SISI KOIN

247 46 0
                                    

Pukul 09:00 malam di Wendy's Cafe yang masih melayani para pengunjung.

Jam kerja Devano sebenarnya sudah usai, 1 jam sebelum cafe ini benar-benar tutup. Biasanya Devano akan pulang bersamaan dengan tutupmya cafe. Namun hari ini ia merasa ingin cepat-cepat pulang.

Rasanya ia masih terbawa suasana atas kejadian tadi siang. Melihat sikap Gita yang sulit dimengerti, sejenak membuatnya berpikir bahwa gadis itu memiliki kepribadian ganda.

"Dev, gimana tuh ibu-ibu? Dia tetep ga mau kemana-mana. Cafe kan udah mau tutup." Tanya Gibran yang juga sudah siap untuk pulang.

Devamo bahkan baru ingat pada ibu Nuraini yang hampir seharian ini duduk di sana.

Awalnya, Devano tak ingin menghampiri wanita itu lagi karena sadar dengan kebohongan ibu itu.

Namun karena melihatnya seperti ini, akhirnya ia melangkah menghampiri wanita itu dan diikuti juga oleh Gibran.

"Bu, maaf cafe ini mau tutup." Ucap Gibran membuat Ibu Nuraini menoleh, dan ia segera menghampiri Devano.

"Mas, tolong. Kasih tahu saya dimana Anita." Pintanya sambil memegangi tangan Devano.

"Kenapa ibu mau tahu dimana Anita?" Tanya Devano.

Ibu Nuraini kembali memutar matanya ke arah lain dan tangannya bergetar melepaskan tangan Devano. Ia menelan salivanya dengan cepat.

"Saya... Mau ketemu anak saya."

Devano memerhatikan ibu itu dengan seksama, sementara Gibran melirik Devano.

"Em, mulai kambuh ini anak." Gumam Gibran ketika Devano melipat kedua tangannya di depan dada.

"Anak ibu... Pergi ke luar kota. Dan kita ga tahu ke kota mana." Jawab Devano tiba-tiba.

"Bohong. Kalian pasti bohong." Tukas Bu Nuraini.

"Ibu lebih baik pulang saja dulu." Ucap Gibran membujuk.

"Saya mau pulang kemana!? Saya harus menemukan Anita! Tolong..."

"Kalau ibu mau jujur, mungkin saya bisa bantu. Karena saya juga ga tega liat ibu seperti ini." Sahut Devano menatap ibu Nuraini dengan tatapan serius.

Sementara Gibran hanya diam karena ia tak mengerti apa yang sedang dilakukan rekan kerjanya itu.

"Saya..."

"Ada yang paksa ibu untuk menemukan Anita kan? Saya tahu bu, saya tahu ibu engga jujur, makanya dari tadi kami diam walaupun ibu menangis seharian."

Ibu Nuraini mengusap wajahnya yang terlihat begitu tertekan.
Ia kembali menangis memelas di hadapan Devano.

"Tolong... Saya harus bawa Anita pulang. Atau suami saya akan menceraikan saya. Tolong..."

Devano terdiam, walaupun sebenarnya ia kaget dengan alasannya, ia berusaha terlihat tenang. Sekarang ia tahu bahwa apa yang dikatakan Gita itu benar.

"Jadi ibu ngorbanin anak ibu sendiri demi ga diceraikan suami ibu??" Tanya Gibran tak percaya.

"Bapaknya cuma mau menikahkan Anita saja. Dan saya ga mau diceraikan sama suami saya, tolong... Selama ini saya diam, karena saya ga mau melawan dan bikin suami saya marah sama saya. Jadi tolong bantu saya menemukan anak saya." Ucap ibu Nuraini terisak kepada Devano dan Gibran yang masih menatapnya tak percaya.

"Bagaimana kalau Anita ga mau menikah? Dia hanya anak kecil dan pastinya punya trauma berat karena kejadian itu-"

"Tahu apa sih kalian! Dia itu anak saya! Dari sejak jaman dulu juga anak-anak dinikahkan! Apalagi dia hamil. Mau ditaruh mana muka kami? Apa salah bapaknya mau menikahkan dia dengan orang yang sudah menghamilinya?"

LOVE ME, HEAL METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang