TERSEMBUNYI

209 39 11
                                    

Para petugas kepolisian sudah memenuhi kamar pribadi milik Daffa pagi ini ditemani oleh Devano yang mengikuti alur penyelidikan atas kesaksiannya.

"Jadi, terakhir kali Pak Devan ketemu Daffa tadi malam setelah pertengkaran itu?" Tanya salah satu petugas kepolisian.

"Iya. Setelah itu sampai saat ini teleponnya juga ga aktif." Jawab Devano.

Pencarian pun kembali di lanjutkan. Polisi berhasil menemukan barang bukti komputer dan beberapa foto yang tergantung di ruang bawah tanah.

Ketika polisi pergi setelah pemeriksaan, Devano ikut keluar dan kembali mencoba menelepon Daffa.

Namun nomornya masih tak juga aktif. Devano menghentikan percobaannya ketika panggilan lain masuk ke ponselnya dari Aldo.

"Dev, gue udah coba minta izin sama keluarga. Katanya mereka setuju makam Nissa dibongkar untuk keperluan penyelidikan." Ucap Aldo akhirnya membuat Devano sedikit lega sekaligus khawatir di waktu yang sama.

"Tapi Dev... Lo yakin soal kasus ini? Walaupun gue tahu lo udah ajuin ini sejak dulu. Tapi kenapa tiba-tiba lo yakin banget?" Tanya Aldo.

"Gue punya saksi, Do. Dan gue akan cari siapapun yang bikin Nissa begini... Gue... Gua akan bikin orang itu bertanggung jawab, Do." Jawab Devano walaupun ia yakin, namun suaranya melemah kembali.

"Oke, Dev. Gue percaya sama lo. Kalau bener Nissa meninggal karena pembunuhan, gue ga akan tinggal diem. Adik gue harus dapet keadilan." Sahut Aldo kemudian mengakhiri teleponnya.

Saat itu juga Devano merasa nada kemarahan Aldo. Devano menundukkan kepalanya pelan.

Dalam hati, ia sudah sangat yakin bahwa pelakunya memang Daffa. Walaupun ia masih ragu kenapa Daffa melakukan semua ini?

Devano beralih menelepon Gita untuk menanyakan keberadaannya. Pandangannya masih menatap ke depan dengan pandangan kosong.

Yang ia pikirkan sekarang, bagaimana jika kedua orang tuanya mengetahui hal ini.

"Hallo, Gita kamu dimana?" Tanya Devano.

"Saya baru aja pastiin soal proses autopsi jenazah Nina. Katanya udah mulai di proses hari ini. Semoga hasilnya keluar dan kita tinggal minta surat VeR untuk keterangan rinci kematian Nina. Sekarang saya baru mau berangkat ke salon Ika. Dia pasti punya CCTV yang bisa kasih liat siapa cowok yang terakhir kali ketemu sama Nina." Jawab Gita menjelaskan.

"Oke, kita ketemuan di sana." Jawab Devano mengakhiri teleponnya dan mulai memakai helm-nya.

Motornya kini melaju ke arah sebuah salon kecantikan di Jalan Sudirman.

Sementara Gita, sudah berdiri di depan salon tersebut dan menatapnya dari luar.

Ia harus siap menghadapi Ika dengan tenang demi Nina. Saat ini ia tak akan peduli akan seperti apa Ika menyalahkannya lagi.

Namun ketika niatnya sudah terkumpul, tiba-tiba sang pemilik salon membuka pintu kaca itu dan sama halnya dengan Gita, perempuan itu terlihat cukup terkejut.

Melihat Gita di luar salonnya, Ika segera membuang muka dan kembali masuk ke dalam salon sementara Gita berjalan dengan cepat untuk masuk ke dalam salon tersebut.

"Salma, usir perempuan yang pake baju item-item itu deh. Bawa sial." Ucap Ika kepada salah satu pegawainya.

"I-iya, bu." Ucap perempuan muda bernama Salma tadi menghampiri Gita dan menahan gadis itu untuk menyusul Ika.

"Mbak, maaf... Tolong keluar."

"Ika! Saya perlu ngomong sama kamu..." Panggil Gita akhirnya bicara.

LOVE ME, HEAL METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang