"Katanya, cowok yang suka sama kita tuh... Berusaha antusias sama topik pembicaraan kita lho. Padahal topik yang kita bicarain itu bukan hal yang umumnya dia suka."
Sheillin berhenti mengelus kucing persia yang ia namakan Molly itu. Karena melihat Molly sudah tertidur di sebelahnya, ia kembali mengingat obrolannya dengan teman-teman kantornya.
Bibirnya kembali membentuk senyum tipis ketika mengingat kembali obrolan menarik yang ia dan Devano bicarakan kemarin.
Selama kenal dengan Devano yang kaku, dan dirinya yang juga kaku, mereka tak pernah melakukan pembicaraan se-intens kemarin.
Sheillin beranjak dari tempat tidurnya menuju meja kerjanya. Ketika ia melirik ke arah rak buku, perhatiannya teralih pada buku-buku novel karangan Black Shadow yang ia koleksi hingga saat ini.
Entah apa yang membuat Devano tertarik hingga ingin meminjam buku terbitan pertama dari Black Shadow itu.
Yang pasti, Sheillin sangat senang memiliki alasan lebih untuk bertemu dan mengobrol lebih banyak dengan Devano besok.
***
Begitu motor Devano sampai di depan gedung apartemen Gita, gadis itu buru-buru turun dari motor sport berwarna hitam tersebut dan berusaha membuka helm-nya.
"Sini-sini..." Ucap Devano kembali menarik Gita untuk membantunya melepaskan kaitan pada helm yang dipakainya.
"Kaya gini, nih... Teken bagian merah yang ini. Coba kamu sendiri.."
"Kamu pikir saya akan naik motor kamu lagi?" Sahut Gita membuat Devano ingin sekali menjitaknya sekali saja.
Tangan Gita menahan tangan Devano yang mengurungkan niatnya untuk membuka kaitan helm tersebut. Kemudian ia kembali memerintah, "Bukain..."
"Tolong bukain."
"Kamu pikir saya anak kecil?"
"Kalau kamu bukan anak kecil harusnya kamu ga perlu dikasih tahu." Sahut Devano sekali lagi menelak Gita yang tak mau ambil pusing.
"Bukain... Tolong."
Devano berusaha menahan tawanya sambil membukakan kaitan helm yang dipakai Gita pelan-pelan. Entah kenapa menjadi suatu kesenangan juga mengerjai perempuan keras kepala seperti Gita.
"Saya mau tanya satu pertanyaan lagi." Ucap Gita sambil melepaskan helm-nya dan memberikannya kepada Devano.
"Kalau setiap anak layak punya orang tua, apa itu aja cukup? Gimana kalau anak itu punya orang tua yang ga layak punya anak?" Tanya Gita sambil menatap Devano dengan serius.
"Katanya cuma satu."
"Kamu ga bisa jawab?"
"Menurut saya, orang tua itu bukan sekedar orang yang melahirkan dan membesarkan anak. Tapi cara mereka memperlakukan seorang anak dan cara mereka mendidik juga melindungi." Jawab Devano berusaha membuat jawabannya se-simple mungkin.
Sampai ia mengerti arti pertanyaan Gita. Ia kembali menambahkan, "Tapi anak-anak yang tumbuh baik di bawah asuhan orang tua yang ga layak itu, lebih berharga dan pastinya akan dihargai banyak orang. Iya kan?"
Gita menundukkan kepalanya sambil memeluk dirinya sendiri dan menghela napas panjang, kemudian tersenyum miring.
"Saya juga ada pertanyaan untuk kamu."
"Saya ga ada kewajiban untuk jawab pertanyaan kamu." Sahut Gita berbalik untuk pergi.
Devano menatap punggung Gita dari belakang. Harusnya ia merasa kesal dengan sikap Gita barusan. Namun entah mengapa ia seolah sudah terbiasa akan hal itu. Dan ia sendiri tak tahu kenapa harus terbiasa dengan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, HEAL ME
RomantikAnggita Wirahma adalah seorang penulis novel horor yang memiliki gangguan emosional dan kesulitan percaya kepada semua orang. Tapi bagi Devano, Anggita adalah perempuan berkepribadian ganda yang selalu jadi trouble maker dimana pun ia berada. Namu...