Jam digital yang ada di meja kecil kamar Devano menunjukkan pukul 11:30 PM.
Suara musik pop masih terdengar dari kamar Daffa yang berada di sebelah kamarnya.
Namun alunan musik pop itu tak begitu mengganggu pikiran Devano yang masih kesulitan untuk tidur malam ini.
Hal yang lebih membuatnya terganggu adalah, Gita dan semua pemikirannya.
Walaupun malam ini ia berhasil menang dan menunjukkan pada Gita kalau pikiran buruknya tentang orang tua Rania itu salah, namun ia tetap saja merasa kalah.
Kalah karena lagi-lagi ia merasa ditampar dengan kenyataan yang Gita sebutkan. Karena selama ini, perkiraannya mengenai Rania adalah gangguan psikologis karena tekanan masyarakat dan juga keluarganya.
Ia mencoba mempercayai itu. Namun penjelasan Gita tedengar jauh lebih logis.
"Rania begitu sejak dia pergi ke dukun yang namanya Mbah Ijo itu. Ga pulang semalaman dengan alasan diculik makhluk halus? Itu konyol. Kalau mereka percaya itu, kenapa ga sekalian mereka berpikir kenapa makhluk itu cuma nyulis semalem doang?"
"Dan lagi, Rania pulang dengan keadaan berantakan dan histeris di kamarnya. Bisa aja itu efek dari pemerkosaan yang dia alamin. Dukun itu memanfaatkan kepercayaan orang tua Rania, padahal kasus penusukan itu akibat emosi alami Rania ke dukun itu kan? Untuk perempuan polos kaya Rania, kejadian ini adalah pukulan keras buat dia. Ditambah sama tekanan-tekanan dari orang lain, dia semakin merasa kalau dirinya ga berharga sama sekali."
Devano mengusap wajahnya pelan sambil menghela napas panjang ketika merasa benaknya masih dipenuhi semua perkataan Gita itu.
Entah memang Gita mengerti hal-hal itu, atau karena mereka sesama wanita jadi dia tahu.
Ia beranjak dari kursinya dan melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil minum.
Saat itu juga ia kembali mengingat perkataan Nina mengenai Gita. Apa benar Gita hanya dipenuhi kisah-kisah kelam selama ini? Sulit dipercaya baginya seseorang bisa hidup dengan kisah-kisah kelam seperti itu.
"Lo kemana aja sih, kak? Si Sheillin tadi sampe nyariin lo ke gue." Ucap Daffa yang berniat untuk membuat kopi.
Mendengar nama Sheillin disebut, Devano buru-buru meraih ponselnya di saku celananya dengan ekspresi wajah menyesal
Begitu ia menyalakan layar ponselnya, terlihatlah beberapa panggilan telepon tak terjawab dari Sheillin.
"Lo udah jadian ya sama Sheillin?" Ledek Daffa terkekeh pelan.
"Lo dapet salam dari Hani." Ucap Devano yang buru-buru berjalan ke kamarnya meninggalkan Daffa yang tiba-tiba berhenti tertawa dan tercengang untuk beberapa detik.
"Hani?" Gumamnya pelan. Ia menaruh cangkir kosong kemudian menuangkan bubuk kopi instan ke dalamnya. "Hah? HANI? Kok bisa??" Pekik Daffa baru menyadari dan ia begitu terkejut ketika menyadari Hani yang dimaksud adalah mantan kekasihnya beberapa bulan lalu.
***
Sheillin belum juga tidur untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya yang terpaksa harus ia selesaikan di rumah karena tadi ia bersikeras untuk pulang lebih cepat.
Namun sayangnya, orang yang menjadi alasannya rela menunda pekerjaan di kantor tidak datang.
Ketika ia mulai merasakan kantuk luar biasa ditengah-tengah mengedit laporannya, tiba-tiba getar ponsel yang ia taruh di atas meja itu membuatnya kembali membuka mata lebar. Dan tahu jika yang meneleponnya adalah Devano, tanpa pikir panjang, Sheillin segera menjawab panggilan telepon itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/272446335-288-k511349.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, HEAL ME
RomanceAnggita Wirahma adalah seorang penulis novel horor yang memiliki gangguan emosional dan kesulitan percaya kepada semua orang. Tapi bagi Devano, Anggita adalah perempuan berkepribadian ganda yang selalu jadi trouble maker dimana pun ia berada. Namu...