Saktah #22 : Wejangan

4.8K 806 175
                                        

EMBUN

"Udah ngantuk, Nduk?" 

Dari garasi aku berhenti melangkah mendengar pertanyaan papa. Beberapa menit yang lalu kita baru saja sampai dari acara di rumah Om Nazril.

Aku melihat arloji yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam. "Belum sih, Pa! Cuma kebelet. Gimana?"

"Ya udah sana, habis itu temani Papa minum teh ya!"

Aku mengiyakan perintah papa dan buru-buru ke kamar karena emang udah kebelet banget. Tapi rasanya jadi deg-degan mengingat ajakan papa minum teh tadi. Papa itu orangnya kocak dan cenderung santai, tapi ada saat-saat di mana bisa sangat serius dan biasanya diawali dengan ajakan makan di luar, atau hanya sekedar minum teh di rumah seperti ajakannya tadi.

"Ngapain kamu?" tanya mama ketika melihat aku yang masih olahraga napas di depan kamar. "Itu udah ditunggu papa," imbuh mama yang mana semakin membuat aku gugup.

Sambil meringis aku menjawab mama, "Papa mau ngomong apa, Ma?"

Mama malah menertawakan pertanyaanku. "Ya mana Mama tau, gimana kalau langsung tanya aja sana!"

Akhirnya aku berjalan pelan menemui papa yang sudah berganti pakaian lebih santai. Kegugupanku ini bukan tanpa alasan, di rumah Om Nazril tadi aku melihat papa dan Mas Ilyas ngobrol lama sampai mereka makan paling akhir.  Mau tidak mau aku berpikir keras tentang apa yang mereka bahas.

Begitu sampai aku langsung duduk di samping papa dan menyandarkan kepalaku di lengan kekar papa. "Ada apa, Pa?" tanyaku pura-pura santai kemudian duduk lagi untuk mengambil toples camilan yang ada di meja.

"Pengin ngobrol aja," jawab papa dibarengi senyum jahil yang udah aku hafal banget.

Akhirnya aku menyerah, aku menutup kembali toples camilan itu kemudian mengahadap ke papa. "Daripada kelamaan terus Embun jadi kehilangan konsentrasi karena gugup, mending Papa langsung pada intinya saja."

Papa terbahak sampai wajahnya memerah mendengar penuturanku. "Gugup amat sih anak perawan!"

Aku semakin merajuk ke papa yang semakin gencar menggodaku, sampai akhirnya tatapan papa berubah serius. "Tadi Papa ngobrol banyak sama Gus Ilyas, kamu nggak usah berkelit lagi, Papa gagal ngorek dari kamu, tapi berhasil dari Gus Ilyas, soalnya dia jujur dan bersih hatinya nggak kayak kamu kebanyakan strategi dan akal bulus, kebiasaan bertarung di persidangan."

"Papa lho! Anak sendiri dikatain!" protesku dan lagi-lagi membuat papa tertawa

"Habisnya Papa kesel nih, masa kamu sama Papa main rahasia sih! Papa pikir waktu Rama minta izin deketin kamu itu dia adalah lelaki pertama yang mau sama kamu, eh ternyata ada yang jauh lebih baik tapi udah ditolak!"

Aku menggaris bawahi kata lebih baik, jadi menurut papa Mas Ilyas lebih baik dari Rama? Masih ditambah kata jauh lagi!

"Apa yang membuat Papa bisa menyimpulkan bahwa Gus Iyas jauh lebih baik dari Mas Rama?"

"Lha kok kamu malah jadi interogasi Papa sih? Kan Papa yang mau nyidang kamu! Cepet sekarang jujur sama Papa!"

Aku menghela napas, gara-gara Mas Ilyas nih! Jadinya papa udah nggak bisa dialihkan. Sudah terlanjur basah, ya sudah sekalian nyebur aja. Akhirnya aku bicara jujur ke papa tentang Mas Ilyas yang pernah melamarku tapi mengajukan syarat agar aku meninggalkan pekerjaanku saat ini dan setelah berpikir panjang aku menolaknya.

Papa masih terdiam sambil mencerna apa yang barusan aku ceritakan. "Memang kamu selamanya akan bekerja seperti sekarang? Tidak pengin menikah?"

"Ya pengin lah, Pa! Embun pasti akan menikah saatnya nanti, tapi kan Embun juga punya cita-cita lain. Pasti Papa juga setuju sama Embun kalau Gus Iyas itu lelaki yang baik banget tapi dia tidak bisa menerima apa yang menjadi cita-cita Embun, Pa! Belum apa-apa aja udah menuntut Embun harus punya banyak waktu, padahal Papa tau sendiri gimana selama ini Embun mengusahakan cita-cita ini. Gus Iyas nyaris sempurna di mata Embun, hanya saja satu hal itu yang membuat Embun harus menutup mata untuknya. Apa seperti itu bisa menjamin kalau Embun bisa bahagia sama dia? Kayaknya susah dan Embun bisa tertekan karena terlalu banyak yang dia atur."

10. SaktahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang