Saktah #36 : Nidasi

5.7K 814 104
                                    

EMBUN

Bunga mawar itu simbol dari hasrat, cinta sejati yang terjalin dan bisa melahirkan kebahagiaan, menimbulkan sikap saling menghargai dan menghormati antar suami dan istri.

Peony, bunga lumayan mahal yang melambangkan kebahagiaan, diharapkan sepasang kekasih memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan dalam pernikahan.

Lili, melambangkan keagungan, kejujuran dan kehormatan, kehadirannya menambah keindahan dalam sebuah pernikahan.

Anggrek Bulan adalah simbol kesucian cinta yang murni dan abadi.

Melati, bunga yang membawa harapan untuk rumah tangga agar langgeng, penuh kasih sayang dan tentunya bisa membawa kebahagiaan hingga selama-lamanya.

Aku bukan sedang berlatih menjadi marketing bunga atau mau buka toko bunga, tapi aku sedang dalam keadaan tidak bisa move on dari acara resepsi ku hari ini.

Bayanganku sungguh tak seindah ini, Mas Iyas benar-benar mewujudkan keisengan ku waktu itu yang meminta dekorasi pernikahan dipenuhi bunga asli, dari area pelaminannya juga gapura-gapura yang menghiasi sepanjang pintu masuk pesantren.

Bukan hanya aku yang amat sangat takjub dengan hasil karya Mas Iyas dan anak buahnya, tapi juga seluruh warga pondok dan tamu undangan, mereka berfoto ria, bahkan tak cukup hanya satu spot, hampir di semua spot yang menurut mereka menarik, mereka mengabadikannya.

Acara sudah selesai tapi Mas Iyas masih reunian dengan teman-teman mondoknya di masjid, mereka berangkat dari Jawa Timur sehingga sampainya belakangan ketika acara sudah selesai. Aku tadi hanya ikut menyapa sebentar lalu Mas Iyas menyuruhku pergi, jadilah aku juga berkumpul dengan teman-teman seangkatan waktu mondok dulu.

"Embun nggak tanggung-tanggung modusnya sama putra abah!" celetuk salah satu teman yang akhirnya memancing yang lain untuk meledekku.

"Gus nya yang mau sama aku! Ya aku bisa apa? Santri kan harus nderek dawuh." jawabku.

Jadilah aku mendapat berbagai macam tanggapan dari teman-teman, alhamdulillah rasa kangen sedikit terobati. Dulu setiap hari bersama mereka, setelah lulus kemudian mengejar cita-cita masing-masing, momen seperti ini biasanya baru bisa reunian,makanya aku selalu berusaha datang ketika ada undangan dari salah satu teman.

Karena Mas Iyas cukup lama berkumpul dengan teman-temannya, aku jadi punya banyak waktu bercengkerama dengan teman-temanku juga, bahkan hingga mereka pamit satu persatu, Mas Iyas belum juga selesai dan aku memutuskan untuk masuk duluan, mengganti pakaian.

"Itu di luar heboh suara apaan sih, Mbak?" tanya Kia yang aku tarik ke kamar untuk membantuku melepas aksesoris yang melekat di tubuhku.

"Santri-santri pada rebutan ambil bunga bekas dekorasi,"

"Oalah,"

Aku menatap Kia dari pantulan cermin. "Nggak pengin ikutan? Biar cepet nyusul juga!"

Adik iparku itu hanya tersenyum sekilas tanpa mau menjawabku. Entah kenapa aku merasakan ada sesuatu yang dia pikirkan.

Setelah semuanya selesai dan aku sudah berganti baju, sudah membersihkan wajah juga, aku tarik Kia untuk duduk dan menanyakan apa yang dia rasakan.

Aku melihat Kia sangat dekat dengan Mas Iyas, perlahan aku juga ingin dia bisa sedekat itu denganku.

"Diantara tamu yang hadir tadi, ada salah satu keluarga yang membuat aku jadi malas ngapa-ngapain, Mbak!"

Sebisa mungkin aku tidak ingin mendesaknya, membiarkan dia bercerita sesuai hatinya.

10. SaktahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang