Saktah #40 : Embunku

8.7K 862 146
                                        

Selamat malam minggu kawan-kawan, mohon maaf kemarin asam urat kumat jadi jempolnya kepleset. 😅

Selamat membaca, semoga menemani malam minggunya. Terima kasih banyak buat teman-teman semua yang sudah mengiringi langkah ini hingga detik ini. Pokoknya sayang kalian semua ❤️







🌼🌼🌼🌼🌼
















ILYAS

"Benar adanya bahwa kami telah bercerai dua bulan yang lalu. Sudah tidak ada kecocokan di antara kita."

Mau tidak mau dahiku berkerut mendengarkan penuturan yang sangat lugas dari seorang publik figur ketika di wawancara. Dia menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan tanpa beban. Ya positif thinking aja kalau dia sudah tabah menghadapi badai rumah tangganya itu.

Tapi apa iya, memutuskan menikah atau bercerai dengan semudah itu?

Mengenai ketidak cocokkan, perbedaan prinsip atau apalah itu, aku rasa bukan alasan yang tepat. Sudah dijelaskan dalam beberapa kitab, kita dengan pasangan kita tidak akan pernah sama isi kepalanya, dan memang harus ada yang ditekan untuk menyamakan visi dan misi mencapai keluarga sakinah.

"Heran deh, artis kok gampang banget nikah terus cerai terus nikah lagi. Arti pernikahan Di pikiran mereka itu apa sih? Apa iya yang penting halal aja? Untuk menghindari zina begitu? Memang nikah hanya soal memuaskan hasrat agar halal?" ujar Azkia yang tengah asyik menonton berita di televisi.

"Matiin aja TV nya, Ki!" jawabku.

Kia meringis kemudian mengganti chanel televisinya yang semula acara gosip menjadi acara olahraga. Adikku yang tengah nonton sambil makan itu tiba-tiba menegakkan duduk dan menatapku serius.

"Mas, pernikahan itu apa menurut kamu? Di luar arti secara umum ya!" tanyanya.

Aku sempat terdiam menerima pertanyaan dari Kia. Benar juga, apa arti pernikahan itu sebenarnya? Apa hanya sebatas mengucap ijab qabul, memberi nafkah dan punya keturunan? Rasanya tidak. Masih luas arti pernikahan itu, dan mungkin tidak akan sama setiap orang dalam mengartikan sebuah pernikahan.

"Bagiku pernikahan itu ibadah seumur hidup, dimulai sejak akad hingga maut menyapa. Yang namanya ibadah itu tidak akan selalu sama, sudah banyak penjelasan bahwa iman bisa naik turun. Ada kalanya kita menggebu-nggebu beribadah saat naik imannya, ada kalanya juga flat hanya sekedar menjalankan kewajiban ketika iman kita turun. begitu juga pernikahan, tidak akan melulu senang yang dihadapi. Tapi bagaimana pun keadaannya, aku akan tetap menjaga ibadah itu, tidak akan pernah meninggalkannya, karena ibadah adalah hal yang menyambungkan aku dengan Allah. Sama halnya dengan pernikahan."

Kia mencerna jawabanku dalam diam, sedangkan aku juga ikut diam, pikiranku melayang ke istriku yang sudah dua hari ini minta menginap di rumah papa Edo.

Dari jawabanku ke Kia tadi, aku malah jadi tertampar dengan kata-kata ku sendiri. Seharusnya aku tahu bahwa memang ada kalanya ibadah itu naik turun, untuk itu harus siap menghadapinya. Dan aku harus ekstra menekan egoku agar tercipta tujuan sakinah, mawadah, warahmah itu.

Timbul rasa bersalah karena membiarkan Embun tidur di sana sendiri. Bukan maksud mengabaikan tapi aku sengaja memberi waktu untuknya menenangkan diri. Kata dokter, wanita hamil harus selalu dijaga agar hatinya tenang dan nyaman.

Kemarin kita sempat sedikit bermasalah ketika membahas Kia yang akan dijodohkan. Padahal Embun hanya mengajakku untuk menguatkan Kia, bukan membatalkan pernikahan Kia, tapi aku yang sedang banyak pikiran tak bisa menangkap maksudnya dengan baik, alhasil untuk pertama kalinya aku terkesan marah padanya. Padahal sama sekali aku tidak bermaksud marah.

10. SaktahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang