Gue adalah seorang cewek dengan kepribadian perfeksionis. Sekali gue kena omel karena suatu kesalahan yang gue perbuat baik besar atau kecil, gue akan terus kepikiran dengan hal tersebut sepanjang hari. Gianina Arethusa adalah manusia yang gampang overthinking.
Carissa Anelliese Siahaan alias Rissa. Dia adalah sosok yang membuat tidur gue gak nyenyak selama beberapa malam. Gue selalu terngiang dengan segala macam ocehannya sejak hari pertama gue bekerja. Dari cerita yang gue dengar, Alit dan Donny juga sering jadi korban ocehan Rissa saat masih jadi anak baru. Bintang selaku Barista paling muda di Kafe ini juga pernah kena oceh Rissa, but he's a fast learner so dia aman dari ocehan berkepanjangannya Rissa.
Sejak saat itu gue terus-terusan begadang untuk menghafal standar resep segala macam minuman di Kafe ini. Gue adalah pribadi yang sulit menghafal, makanya gue harus totalitas sampai begadang segala. Cuma satu tujuan gue, membuktikan Rissa kalau gue bisa hafal dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.
And days go by.
Pengetahuan gue tentang standar resep minuman di Kafe ini semakin meningkat. Perlahan gue bisa menjawab pertanyaan Rissa kalau gue dapat order-an minuman.
"Caffè Latte medium size, very less sugar, and no ice. Berapa sugar amount-nya?"
Gue menjawab dengan percaya diri. "0,4 pump."
Entah ekspresi apa yang dia tunjukkan, antara senang karena gue udah hafal atau kesal karena gue menjawab dengan sedikit tengil. Gue gak bisa menebaknya. But at least, gue bisa membuktikannya. Dibelakang Rissa ada Raynald, alias Manajer gue. Dia mengacungkan jempolnya kepada gue dengan senyuman tipisnya. Seems like he's proud of me. Disusul dengan Rio yang berdiri disamping Raynald, dia masih berdiri dengan menaruh kedua tangannya didalam kedua kantung apron, lalu memberikan gue senyuman.
Disebelah gue berdirilah seorang Barista Senior laki-laki bernama Dika. Dika adalah Learning Coach gue. Setiap Barista baru pasti punya Learning Coach masing-masing. Dika bukanlah orang yang pandai mengajarkan gue secara praktek. Dia selalu memberikan gue catatan-catatannya, lalu menjelaskan secara teori.
"Padahal gue jarang banget ngajarin dia secara praktek, eh dia bisa sendiri." Celetuk Dika menyandarkan tubuhnya di meja Bar. "3 minggu udah jago di mobility dia."
Mobility adalah sebuah section dimana Barista disini berkewajiban membuat minuman non-shake dan non-blend. 3 minggu terbilang waktu yang tergolong cepat untuk menghafal standar resep di section ini.
"Rere mandiri berarti, Bang." Sahut Donny dengan niat melawaknya.
Dika menepuk pundak gue perlahan. "Udah lah, Re. Gue besok manggil Trainer ya buat ngetes lo biar jabatan lo bukan Barista Probation lagi." Trainer adalah staf office yang berkewajiban memonitor Barista Probation seperti gue. Mereka datang tiap sebulan sekali. Kalau gue dapat nilai sempurna dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan, jabatan Probation akan dihapus.
"Jangan lah, Bang," gue merendah, "gue kan belum belajar Shaker."
Dika mendorong kedua pundak gue untuk menuntun gue jalan ke Shaker section. "Yaudah hari ini lo belajar Shaker."
Terlihat wajah Rissa yang gak terlalu senang gue belajar Shaker hari ini. "Lah, Bang, jangan dulu! Dia aja baru banget bisa di Mobility!"
Meskipun gue berani menjawab pertanyaan Rissa seputar minuman secara tengil, gue masih enggan buat membalas bacotannya. Gue masih anak baru, belum bisa apa-apa. Jadi lebih baik gue diam. Perlahan gue memundurkan langkah dari Shaker section.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK THE RULES ✅
RomanceSesungguhnya, berurusan dengan seorang Gianina Arethusa adalah sebuah kesalahan besar. Begitulah kehidupan Sadirga Mario Wijaksana setelah menyakiti perempuan itu. . . . [UNDER 18 PLEASE DO NOT READ! CONTAINS SEXUAL MATERIAL AND HARSH WORDS. READ AT...