Part Thirty Two : The Things That Changed In 2021

340 32 3
                                    

Rasanya basi kalau dengar orang-orang menyebutkan resolusi tahun baru mereka. I mean, kebanyakan tuh mereka gak konsisten sama omongannya sendiri. Ambil lah gue sebagai contoh. Pas tahun baru 2020, gue punya resolusi kalau gue kepingin menerapkan kehidupan kayak di novel self-improvement yang Axel pinjamkan ke gue. Nyatanya? Sampai udah masuk ke bulan kedua di tahun 2021 aja kehidupan gue masih begini-begini aja, masih gak bisa juga bersikap bodo amat kayak apa yang Mark Manson tulis di novel The Subtle Art Of Not Giving A Fuck-nya.

Kemajuan yang gue dapatkan di awal tahun 2021 gak banyak. 2021? More like 2020 versi kedua. Jabatan gue masih begini aja, seorang Barista yang masih dilatih buat jadi Senior Barista. Padahal gue udah menguasai hampir semua pekerjaan Senior Barista, tapi entah kapan pihak Trainer memanggil gue ke office buat melaksanakan ujian Senior Barista.

So does hubungan gue dengan Sadirga Mario Wijaksana, gak ada kemajuan, masih stuck di friends with benefit aja. Percuma juga trying so hard to make him fall in love with me karena Rio emang cowok paling susah buat gue buka hatinya. See? Udah 2021 masih tolol juga kan gue. Bukannya berhenti, malah lanjut.

Terus, gimana hubungan gue sama Axel di bulan Februari ini? Gak ada kemajuan juga. Dia belum memberikan tanda-tanda kalau mau membawa gue ke jenjang berikutnya, kayak apa yang dia bilang ke Aletta Freizia tahun lalu, "tunggu aja tanggal mainnya. Nih cewek juga pasti gue lamar."

I don't want to expect something more on 2021.

Kalau berbicara soal perkembangan, kayaknya yang mesti gue akuin adanya perkembangan itu cuma hubungan Rio sama si anak sekolahan itu. Ini berarti, Rio juga masih sama kayak tahun lalu, gak konsisten sama ucapannya sendiri.

"Tenang aja. Gue sama dia gak ada apa-apa." Halah. Bullshit.

Gue lagi mengerjakan laporan di locker room. Berhubung Raynald lagi libur dan ada yang mau gue tanyakan ke dia soal laporan ini, gue meminjam handphone Rio.

"Password-nya apa?"

"Emang handphone lo mana?"

Takut amat handphone-nya gue apa-apain. "Lagi di charge. Password-nya apa ih?!"

"2104."

Gue pun menatapnya heran. Dia kan gak berulang tahun di bulan April? "Nomer apaan itu?"

"Tanggal lahirnya James McAvoy."

Gue cuma membulatkan mulut sebagai jawaban. Cowok itu emang mengidolakan James McAvoy. Dia pernah cerita kalau dia senang banget James McAvoy jadi pemeran Bill dewasa di It Chapter Two. Salah satu obrolan gue dan Rio jadi nyambung di awal-awal pertemuan juga karena film horor ini. Gue mengidolakan Bill Skarsgard, dia James McAvoy.

Pas cowok itu udah pergi dari locker room dan laporan udah hampir selesai, gue dibuat kaget sama pinned WhatsApp chat-nya. He puts Vanessa Celine Amidala on his pinned chat. Itu yang dia bilang gak ada hubungan apa-apa?

Gue semakin dibikin penasaran sama isi chat mereka. Topik apa sih yang mereka omongin? Secara, perbedaan umur mereka aja 7 tahun. Biasanya obrolan orang-orang dengan age gap cukup jauh tuh sering gak nyambung.

Vanessa (10.10)
Iya. Kak Rio juga.

Rio (10.15)
Iya, Vanes.

Rio (15.45)
Vanes udah selesai sekolahnya?

Vanessa (16.15)
Udah.
Ini lagi nunggu mama jemput.

BREAK THE RULES ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang