Part Twenty Six : The Old Lady

370 30 2
                                    

"Iya?" Wanita itu menatap gue tanpa adanya rasa curiga terpampang diwajahnya.

"Rere mau ngomong."

"Ngomong apa, Re?" Jawab wanita itu masih menatap gue berbaik hati.

Suddenly gue merubah tatapan gue ke beliau. It was really deep, sampai akhirnya otak gue menyuruh gue buat abort the mission. "Rere mau numpang buang air kecil, tante."

"Ya ampun!" Wanita itu ketawa memukul paha gue perlahan. "Silahkan, atuh! Tante kira mau ngomong apa!"

"Iya abisnya Rere malu kalo ngomong didepan Rio sama ayahnya Rio..."

Wanita itu langsung menuntun gue ke sebuah toilet yang dikhususkan buat tamu. The real definition of rumah sultan. Tamu aja punya toilet khusus, mana desainnya bagus.

Anyway, nyali gue masih dibawah batas normal. Bahaya kalau gue cerita ke ibunya Rio because she's not on my victims list. Toh, kalaupun gue cerita juga dia pasti akan menyalahkan gue, bukan Rio. Karena seburuk-buruknya Rio, dia tetap anak beliau.

Fine. Gue memilih buat cari aman aja.

---

"Gemes banget sih lo waktu masih kecil!" Ucap gue setelah berpamitan ke kedua orang tua Rio untuk berangkat kerja.

"Sekarang masih gemes, kan?"

Gue langsung menunjukkan raut jijik  ke cowok itu. "Najis!"

"Wah, kurang ajar nih cewek!" Dia mulai mengapitkan kepala gue di ketiaknya.

"Rio! Astaga- Om! Tante!"

Ancaman gue sukses membuat Rio berhenti melakukan tindakannya. Dia langsung menoleh ke pintu depan ancang-ancang kedua orang tuanya menghampiri kami. "Anjing lo, Re!" Bisiknya mengancam gue.

Gue cuma ketawa sambil menjulurkan kunci motor Vespa matic keluaran tahun 2018 milik gue. "Nih, bawa."

"Yaelah, kecil amat motor lo." Decak Rio. Dia cuma belum terbiasa aja bawa motor kecil ini, kan setiap hari dia selalu bawa motor berukuran besar.

"Motor gue yang ini belom punya nama, Yo. Baru si Betty doang yang gue kasih nama." Betty itu nama buat motor Honda Beat gue di rumah. Kalau gue berangkat kerja terlambat, gue pakai motor itu buat berangkat kerja, soalnya enak buat dibawa ngebut.

"Motor gue juga punya nama, Re." Dia menunjuk Yamaha MT-25nya di garasi. "Namanya Mitty."

"Tai!" Gue ketawa menurunkan kaca helmnya kasar. "Gak kreatif banget ngasih nama!"

"Biar dikira sodaranya Betty, Re." Balasnya mulai menyalakan mesin motor gue.

Sepanjang perjalanan, cowok ini membawa motornya dengan kecepatan dibawah 100 km/jam. Dia bercerita panjang mengenai masa kecilnya selain melempar kulit pisang ke guru TK-nya. Dia juga pernah menghancurkan mainan temannya sampai temannya nangis. Rio bilang, dia gak merasa bersalah, malah dia menertawakan temannya. Dia juga sering menjambak rambut anak perempuan yang dikuncir dua, sampai anak tersebut nangis gak mau satu kelas lagi sama Rio.

"Nakal banget lo, bangsat!" Ucap gue mendorong kepalanya yang dilindungi sama helm.

"Namanya juga masih kecil, Re!" Balasnya ketawa.

"Sekarang malah jadi penjahat kelamin!" Bisik gue ketika kami berhenti karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.

"Bukan penjahat kelamin, Re. Kan kelamin lo doang yang gue jahatin!" Lanjut cowok itu juga berbisik.

"Tai!" Ucap gue ketawa sambil  mendorong kepalanya lagi.

"Udah lama nih, Re." Lanjut cowok itu. "Ayo."

BREAK THE RULES ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang