Part Twenty Seven : The Fuck Is Happening

592 36 5
                                    

Hai! Aduh maaf kemaren jadwalnya update tapi aku lupa :(
Gapapa ya pagi-pagi ini aku update? Huhuhu maaf lupa :(

***

Kedekatan gue dengan Rio semakin lengket kayak perangko sama amplop. Udah dua kali Rio lupa bawa bekal yang dia siapin di meja makan rumahnya. Dengan pedenya dia ngajak gue makan bekal bareng di locker room pas istirahat, tapi bodohnya, dia baru sadar kotak bekal berwarna maroon-nya gak ada didalam tasnya. Dengan berbaik hati gue membagi bekal berporsi kuli ini ke Rio. Gue emang sengaja bawa bekal dengan jumlah dua kali lipat dari porsi makan gue, biar pas malamnya gue gak perlu makan lagi. Gue juga menyuruh Rio buat diam dan fokus bermain game di handphone-nya, biar gue aja yang nyuapin dia. Udah kayak ibu lagi nyuapin anaknya aja.

"Kenyang, Re." Kata Rio setelah menolak suapan terakhir.

"Nanggung ah satu suap lagi! Habisin!"

"Yaelah..." akhirnya dia memakan suapan terakhir.

"Kenyang?"

Cowok itu senyum mengangguk sambil mulutnya masih mengunyah makanan. "Mwakasih ya Ye, dah sponsoyin mwakan siang gue (makasih ya Re, udah sponsorin makan siang gue)."

"Telen dulu!" gue menahan tawa. He's cute.

Dan pas kedua kalinya dia lupa bawa bekal, dia terpaksa pergi ke supermarket di lantai bawah buat masak ramyeon pakai jamur enoki dan telur. Antara kesal dan kasihan, guepun menawarkan diri buat masakin ramyeon itu. Seketika wajah cowok itu langsung sumringah, dia bilang, "berasa dimasakin sama istri."

I don't mind at all if you want me to be your wife, tho.

Sekarang gue lagi mengganggu dia di kasir. Dia selalu menaruh tangan kirinya dibelakang, lalu gue gunakan kesempatan itu buat memainkan telunjuk gue di telapak tangannya. Tangan Rio ibaratkan tanaman perangkap serangga, sedangkan gue adalah serangganya. Tangan cowok itu berusaha menangkap telunjuk gue sambil melayani pelanggan.

"Aduh!" Keluh gue pelan saat Rio berhasil menangkap tangan gue. Awalnya susah ketika gue berusaha keras melepaskan cengkraman dia, tapi gue dapat memanfaatkan momen pas dia menerima uang pelanggan tersebut dengan kedua tangannya. Cowok itu sempat menatap gue singkat, langsung aja gue balas dengan menjulurkan lidah gue dengan maksud meledeknya. Diapun senyum sambil mencolek hidung gue, tepat setelah dia selesai melayani pelanggan tersebut. Ada tiga saksi mata yang melihat tindakan konyol kami.

"Yah mulai, deh." Celetuk Donny tiba-tiba.

"Mulai apa, tuh?" Balas Rio meladeni candaan Donny.

"Mulai tumbuh benih-benih cinta."

Rio ketawa sambil mendorong tubuh gue. Itu doang balasan dia buat Donny, mengalihkan pembicaraan. "Bikin minuman, sana! Ada order-an baru!"

"Banyak, Yang?" Gue punya panggilan baru untuk cowok itu. Yang, stands for sayang. Perkara gue manggil Rio dengan sebutan itu tuh semua staf langsung heboh. Langsung aja gue cari akal buat pura-pura membantah kalo itu bukan kependekan dari sayang, tapi kuyang.

"Kuyang?!"

"Kenapa? Gak suka dipanggil kuyang?" Balas gue meledek Rio sambil membuat Caramel Latte.

"Ganteng gini dipanggil kuyang?! Gak cocok, Re!" Protesnya.

"Ah banyak protes lo kayak netizen!"

Hari ini, gue masuk jam 09.00 and as usual, Axel akan menjemput gue. Dia tadi curhat kalau dia bangun kepagian gara-gara semalam tidur lebih awal. Jam 04.30 subuh udah bangun, terus dia bingung gak tahu mau ngapain, nonton film di Netflix juga katanya bosan, jadi, sepagi itu dia keluar rumah buat jalan-jalan sama kucingnya. Cowok itu sempat mengeluh katanya dia lapar. Dia kepingin makan McDonalds tapi gak mau makan langsung di sana. Dia bilang dia mau makan di tempat kerja gue, berhubung Axel punya orang dalam jadinya dia gak takut dilarang sama Barista-nya.

BREAK THE RULES ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang