"Jadi, stock opname tuh begini," cowok ini menjulurkan papan berjalan digenggamannya. Terdapat secarik kertas berisi list barang-barang dari pusat kayak krimer, toppings, sirup, kalau gue sebut semuanya mungkin lidah gue udah keriting. "Lo tulis berapa jumlah item-nya, sesuaiin sama quantity-nya. Kalo quantity-nya box, yaudah tulis ada berapa box. Kalo pieces atau bottle, yaudah lo hitung satu-satu. Make sure lo hitungnya teliti, ya. Karena kalo salah dikit tuh ngaruh di sistem."
Sebenarnya, stock opname itu cuma menghitung jumlah barang aja. Yang susah kalau jumlah yang dihitung sesuai tapi di sistem gak sesuai. Itu udah pasti akan menjadi pertanyaan oleh Area Manajer. So far sih kata Rio barang-barang di sini gak pernah ada yang missed. At least gue bisa menghela nafas sedikit lebih lega.
"Kalo udah kehitung semua, lo pindahin aja ke sistem."
"Hah? Udah gitu doang?"
Rio mengangguk. "Gampang, kan?"
"Iya gampang, kalo gak ada yang missed."
"Makanya, jangan nyolong biar gak missed."
Gue memukul punggung cowok itu. "Mana pernah gue nyolong?!"
"Pernah," dia mendekati wajahnya beberapa senti dari gue. "Nyolong sempak gue!"
"Itu mah lo nya aja yang pelupa!" Ini lucu banget. Dia pernah numpang mandi di kamar mandi gue setelah nge-sex, besoknya dia baru sadar kalau celana dalamnya ketinggalan di keranjang baju kotor gue. Untung celana dalamnya masih bisa gue selamatin dari mbak gue yang mau mencuci pakaian.
Gue dan Rio mulai menghitung jumlah botol satu liter. Selain cup berukuran 360ml, 500ml, dan 750ml, Moonbucks juga menjual botol literan. Harganya dimulai dari Rp.100.000. Iya, menguras kantong banget, tapi worth it buat persediaan selama satu minggu kedepan.
"Lima belas, tujuh puluh lima, enam puluh sembilan, tiga puluh satu," Rio sialan! Cowok ini emang suka banget menggagalkan fokus gue saat menghitung!
"Ah elah!" Gue mengambil salah satu botol untuk gue pukul ke kepalanya.
"Fokus, Re!"
"Gimana mau fokus kalo lo gangguin gue lagi ngitung?!"
Merasa bersalah, akhirnya Rio membantu gue menghitung. Lumayan capek juga menghitung semua barang-barang di gudang, plus memakan waktu yang gue sendiri gak tahu udah berapa lama. Terus Rio mulai duduk di celah kosong sebelah rak krimer. Dia menepuk pahanya dengan maksud menyuruh gue buat tiduran di pahanya. Gue tersenyum dan menuruti perintahnya. Dia juga sambil mengecek form stock opname-nya lagi takut kalau ada barang-barang yang kelewat.
"Lo mau ngomong apa, Yo?"
"Oh iya," cowok itu memulai tujuan utamanya, "Axel ada rencana mau ngelamar lo?"
Gue mengangkat kedua pundak gue. "Gak tahu. Emang kenapa?"
"Enggak, kemaren kan gue juga denger yang temen lo sama Axel ucapin di meja depan Bar. Ya gue kepikiran sesuatu aja sih, Re." Sontak dia menghela nafas. "Gue tiba-tiba ngerasa gak sama Axel."
"Gak enak kenapa?"
"Ya gak enak lah cewek orang gue pake."
Gue terbangun cuma buat meyakinkan cowok itu kesekian kalinya. "Gue udah beberapa kali bilang ya sama lo, hubungan gue sama Axel tuh gak jelas!"
Gak jelas? I lied. Ingat beberapa waktu lalu pas Axel mencium gue? Sebenarnya itu bisa dijadikan sebuah penjelasan that we love each other tanpa harus diresmikan. Gue terpaksa berbohong ke Rio soal ini. Ya karena... gue gak bisa lepasin Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK THE RULES ✅
RomanceSesungguhnya, berurusan dengan seorang Gianina Arethusa adalah sebuah kesalahan besar. Begitulah kehidupan Sadirga Mario Wijaksana setelah menyakiti perempuan itu. . . . [UNDER 18 PLEASE DO NOT READ! CONTAINS SEXUAL MATERIAL AND HARSH WORDS. READ AT...