"A-apa lo bilang?" Gue harap gue salah dengar.
"Gue mau kontrak kita selesai hari ini."
Sial. Ternyata gue emang gak salah dengar. Ini udah kali kedua Rio memperlakukan gue kayak roller coaster, dia ajak gue terbang tinggi sampai akhirnya dia menjatuhkan gue dari ketinggian.
"Kontrak kita belum selesai, Yo!"
"Lo bilang lo pengen kita liburan berdua ke luar kota sebelum kontrak kita selesai. Gue anggap itu adalah keinginan terakhir lo dan setelah itu kita end."
"Sekarang gue tanya," gue melipat kedua tangan didada, "lo inget kapan perjanjian kontrak kita selesai?"
Cowok ini malah diam membisu.
"Kontrak kita selesai kalo Axel ngelamar gue secara resmi dan lo pacaran sama Vanes pas dia masuk ke legal age. That's the rules! Soal gue pengen ke luar kota sama lo tuh cuma keinginan gue aja!"
Rio terus membela dirinya seakan-akan yang dia lakukan itu gak salah. Dulu kan gue menambahkan kata-kata "menjelang kontrak kita habis" pas gue mengutarakan itu ke dia. Entah Rio salah menangkap omongan gue atau dia emang pura-pura bego biar punya alasan buat mengakhiri kontrak lebih awal.
"Axel belum ngelamar gue secara resmi dan Vanes belum nginjak umur 18 tahun," gue mendorong pelipis cowok itu, "ini artinya lo udah ngelanggar peraturan kita!"
"Re, gue tuh lagi diambang kebingungan sama dua pilihan. Gue gak bisa milih dua-duanya, harus ada satu yang gue korbanin!"
Jadi, jawaban yang bisa gue dapat dari kalimatnya adalah dia pura-pura bego. Plus, kesimpulan dari ucapannya adalah dia lagi dihadapi oleh dua pilihan, gue dan Vanes. Dan yang dia korbankan adalah gue, sampai-sampai he break the rules demi si cewek yang masih dalam masa pubertas ini. Wow. Jahatnya.
"Jadi gue yang lo korbanin?" Tanya gue sinis.
Dia mengangguk lemas. "Gue minta maaf."
"You just break our rules, Mario."
"I know. Gue gak tahu harus gimana lagi, Re. Vanes udah nge-push gue buat kasih kepastian ke dia-"
I suddenly cut his conversation, "jelas dia nge-push lo, lah! Apa sih yang lo harapin dari anak SMA kutu buku macem dia? Sekalinya dideketin cowok, ngebet banget minta ditembak! Lo tuh diguna-guna ya? Lo gak kayak Rio yang gue kenal!"
"Rere!" Gue dan cowok ini masih didalam mobil, dan Rio berteriak, sekencang itu. Oh, dia juga mencengkram kerah baju gue. Dia udah berani main fisik diluar konteks seksual. "Jaga ya mulut lo!"
Gue bukan tipikal cewek yang diam kalau dikasih kekerasan. Kekerasan gue balas dengan kekerasan. So, gue juga mencengkram kerah baju Rio. "Apa?! Mau nampar gue?!"
Alih-alih nampar, dia malah melepaskan cengkramannya cukup kencang. "Jangan ngomong yang enggak-enggak, lah. Gue gak diguna-guna. Ini murni dari hati kalo gue suka sama dia."
"Oh ya? Emang apa sih yang bikin lo jatuh cinta sama dia?" Ucap gue tengil.
"Dia care sama gue,"
"Gue juga care sama lo."
"Re, gue belum selesai ngomong."
Gue cuma membalas dengan gerakan tangan sebagai simbol menyuruh dia melanjutkan ceritanya.
"Dia selalu ngingetin gue yang rentan pelupa ini. Kayak dompet, handphone, hal-hal lainnya,"
"Gue juga selalu ngingetin lo kok kalo lo kelupaan bawa barang-barang lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK THE RULES ✅
RomanceSesungguhnya, berurusan dengan seorang Gianina Arethusa adalah sebuah kesalahan besar. Begitulah kehidupan Sadirga Mario Wijaksana setelah menyakiti perempuan itu. . . . [UNDER 18 PLEASE DO NOT READ! CONTAINS SEXUAL MATERIAL AND HARSH WORDS. READ AT...