Part Fifteen : His Dirty Apron

724 51 4
                                    

Gue terbangun di pagi hari pada pukul 11.00, masih mengenakan seragam kerja, and there's also make up on my face. Tumben-tumbennya gue tertidur tanpa mandi maupun membersihkan dandanan. Secapek itukah gue setelah kerja?

Wait. Bukan karena capek kerja. Seluruh bagian otak gue berusaha keras mengingat apa yang semalam gue lakukan.

Anggur merah. Truth or dare. Mabuk. Dan diantar pulang sama Rio.

Gue menepuk jidat, sedikit menyesali atas perbuatan gue semalam. Itu adalah hari dimana gue pertama kalinya meminum minuman alkohol sampai mabuk. Lalu gue mencari keberadaan ponsel gue untuk mengecek pesan. Barangkali, gue bisa mencari tahu kejadian semalam di grup kerja. Gue benar-benar gak tahu seperti apa sikap gue saat mabuk.

Ternyata yang gue temukan di grup chat Moonbucks East Jakarta hanya foto-foto aja, bersamaan dengan ucapan terima kasih untuk semua staf terutama Raynald yang bersedia rumahnya diberantakin. Tapi, gue melihat ada sebuah personal chat dari Vanno.

Vanno Moonbucks (02.05)
Re, in case lo lupa sama kejadian semalem, biar gue ceritain.
Lo semalem mabuk berat, bahkan lo teasing Rio sampe-sampe tuh anak panik. Lo juga dianter pulang sama dia.
Semua gara-gara pertanyaan si Donny, plus jawaban lo yang sedikit memancing Rio.
Kalo lo udah bangun dan lihat chat ini, please, perhatiin kancing baju lo, resleting celana lo, sama ada tisu di sekitar lo atau di tempat sampah lo.
Gue cuma takut Rio macem-macem sama lo.
Lo hari ini libur, kan? Istirahat aja. Besok kita satu shift, gue ceritain lebih detail.

"Perhatiin kancing baju gue?" Netra gue langsung mengarah ke pakaian gue. Gak ada kancing kemeja yang terbuka, tuh? Resleting celana juga aman, rambut gue juga masih terkuncir walaupun berantakan. Gue memastikan apakah ada tisu terbuang di sekitar gue.

Gak ada. Oke, masih aman sejauh ini.

Gue berjalan menuju tempat sampah di kamar gue, gak ada selembar tisu juga. Gue kembali ke kasur untuk memastikan apakah ada aroma kaporit. You know, ciri-ciri aroma sperma itu seperti kaporit. Dan gak ada aroma kaporit di sekitar kasur gue.

Aman. Rio gak melakukan yang aneh-aneh semalam.

Ternyata begini efek setelah mabuk, tidur gue jadi jauh lebih nyaman dari biasanya? Menarik.

Lalu gue berjalan menuju cermin di kamar gue. Dandanan di wajah gue masih ada sedikit. Kecuali bagian alis karena pensil alis yang gue ukir disana udah benar-benar luntur. Alis gue tipis banget, dan itu menjadi salah satu hal yang membuat gue insecure.

Apa... Semalam Rio melihat wajah gue tanpa goresan pensil alis?

"Ah, sial!" Gue menggelengkan kepala cepat.

Bukan mandi yang langsung gue lakukan setelah bangun tidur kali ini. Tapi ke ruang makan. Lambung gue emang paling susah diajak kompromi. Orang yang gue lihat pertama kali di hari ini adalah nyokap. Beliau lagi duduk di sofa sembari mengetik sesuatu di ponselnya. Kayaknya, lagi balas pesan orang. Kayaknya juga beliau datang dari apartemen adek gue setelah subuh.

"Anak gadis jam segini baru bangun?!" Ocehnya setelah sadar kalau gue udah ada di hadapannya.

"Emang kenapa sih bangun siang sekali-kali, mumpung aku lagi libur juga." Keluh gue mengusap mata.

"Oh, hari ini kamu libur? Ngomong, dong!" Nyokap gue mematikan layar ponselnya. "Mama nanti balik lagi ke Salemba gak apa-apa, ya? Adekmu lagi butuh support, dia perkuliahannya lagi hectic, kasihan dia sampe stress."

"Yaudah gak apa-apa. Temenin aja si Ares." Rasanya beruntung punya nyokap yang bisa meredakan stres anak-anaknya. Nyokap gue sangat peduli dengan kesehatan mental anak-anaknya. Dulu, gue pernah berantem hebat sama kakak pertama gue, sampai-sampai gue nangis dan ingin kabur dari rumah. Tapi nyokap gue datang menghampiri gue di kamar, mengurungkan niat gue untuk kemas-kemas baju ke koper, dan menenangi gue dengan segala petuahnya. Gue merasa lega setelah itu.

BREAK THE RULES ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang