Pemandangan di tempat kerja gue siang ini gak nyaman banget buat dipandang. Kenapa? Itu karena Vanessa Celine Amidala main ke tempat kerja gue, bersama kedua orang tuanya dan dua adiknya, yang satu kayaknya masih SD atau SMP, yang satunya masih batita. Lucu ya, padahal semua anak mereka masih dibawah umur, tapi anak sulung mereka udah dicomblangin sama cowok berumur seperempat abad. Sometimes i feel pity on her, masih banyak hal-hal didunia yang harus dia eksplor, tapi udah terurung gara-gara percomblangan her boomer parents.
"Mario," tiba-tiba ayahnya Vanes memanggil cowok itu, "titip Vanes sebentar di sini, ya. Om sama tante mau ajak Vareesha dan Vania ke Timezone dulu. Vanes gak mau ikut katanya."
Udah kayak barang aja dititip-titip.
"Iya, om." Balas cowok itu. Rio pun menyuruh Vanes buat duduk didepan Bar biar jaraknya lebih dekat sama Rio. Asli, ini bukan Rio yang gue kenal. Gue gak tahu kayak apa proses pendekatan dia waktu masih sama Tricia, tapi sejujurnya, melihat cara Rio dan Vanes pendekatan aja tuh gue jijik. Rio benar-benar cowok lemah kalau dia mengikuti alurnya Vanes yang jauh lebih muda dari dia.
Seven fucking years, dude. Their age gap is seven fucking years.
Gue pun mulai membersihkan meja kotor yang letaknya sebelah-sebelahan sama mejanya. Dan cewek ini mulai mengajak gue berbicara.
"Hai, Kak!" Sapanya sok manis. Ih.
"Oh? Hai." Jawab gue gak tertarik, masih mengelap meja kotor itu.
"Kakak namanya siapa?"
Duh, dia punya mata kan? Seharusnya dia bisa lihat nametag gue! Dia kalo ngajak ngobrol orang dewasa tuh gini ya, basa-basinya freak banget?
Tanpa mengeluarkan kata-kata, langsung aja gue menunjukkan nametag gue ke dia.
"Oh- Kak Rere..." jawabnya ketawa kaku. "Kakak inget gak, waktu itu kakak yang ngelayanin aku pas aku kebingungan mesen minuman?" Dia mulai senyum lagi.
"Inget dong, yang waktu itu ngomong Macchiato jadi Machachiato kan? Sekarang udah bisa ngomong Macchiato dengan bener, belom?"
Vanes pun mulai diam dan udah gak ada senyuman lagi diwajahnya. But do i care? No. Why should i care with my own sarcasm joke? Vanes juga mengajak staf lainnya ngobrol, termasuk Rissa. Tapi first impression Rissa ke Vanes aja udah jelek gara-gara Vanes sok tahu.
"Orang gue ngomongin aktor Lee Minho, malah dia ngomongin Minho dari grup K-Pop!" Dumel Rissa ke staf lainnya. Rissa emang suka Korea, tapi dia tim pecinta drama, bukan grup K-Pop. Makanya dia sebal.
Beberapa jam berlalu sampai akhirnya Vanes dan keluarganya yang aneh itu udah pergi dari Moonbucks. Rio langsung membuka handphone-nya. Gue suruh Donny yang ada disamping Rio buat mengintip layar handphone Rio.
"Dari si bocah. Ngomongin lo." Jawab Donny mouthing ke gue.
"Gue?" Jawab gue mouthing juga sambil menunjuk diri gue sendiri.
Donny mengangguk. Tapi setelah itu dia menjauh dari Rio karena hampir ketahuan. Sontak Rio menarik gue ke locker room, entah tujuannya apa.
"Re, emang bener tadi lo judes ke Vanes?"
"Hah? Judes?" Gue menatapnya seolah-olah bingung. "Emang ada sesuatu yang salah sama sikap gue?"
Langsung aja Rio menunjukkan chat dari Vanes.
Vanessa (16.10)
Kak, aku gak nyaman ngobrol sama temen-temen Kak Rio. Apalagi Kak Rere.
Dia judes banget.
Apa aku ada salah sama dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK THE RULES ✅
RomanceSesungguhnya, berurusan dengan seorang Gianina Arethusa adalah sebuah kesalahan besar. Begitulah kehidupan Sadirga Mario Wijaksana setelah menyakiti perempuan itu. . . . [UNDER 18 PLEASE DO NOT READ! CONTAINS SEXUAL MATERIAL AND HARSH WORDS. READ AT...