Part Eight : Najandra

677 57 1
                                    

"Gak mungkin, lah!" Seorang Rio suka sama cewek yang gak seberapa cantiknya kayak gue? Kinda impossible.

"Ih, Re," Vanno mengeluarkan tangannya dari kedua kantung apron-nya, "lo sadar gak sih kalo lo itu mendekati tipe idealnya Rio?"

"Mendekati? Jauh, woy! Rio tuh sukanya cewek cantik, terus rambutnya lurus dan panjang! Gue cantik darimana, sih? Dari ujung monas kalo dilihat pakai sedotan boba?!" Jawab gue tanpa memandang Vanno.

Ucapan gue membuat Vanno mendecak, and now he's side eyeing me. "Insecure mulu lo ah! Capek gue sama orang insecure-an!"

Bukannya insecure, ini 'kan jatuhnya fakta karena gue hanya memenuhi satu kriteria aja. Sikap. Rasanya gak mungkin kalau Rio menyukai gue hanya dari segi aja. Apalagi Rio tahu kalau gue dan dia menganut agama yang berbeda. Jadi rasanya... Udah pasti gak mungkin, deh. Tuhan  juga bakalan ogah menjodohkan gue dengan cowok itu.

Gue mengaitkan dua pelanggan yang naksir sama Rio dengan tipe ideal cowok itu. Kira-kira... siapa yang paling memenuhi ketiga kriteria tersebut?

Hanna adalah cewek pertama yang gue amati. Dia seorang mahasiswi di Universitas swasta terkenal di Jakarta dan gemar menulis cerita di Wattpad. Gue selalu mengintip ke layar laptopnya ketika lagi membersihkan customer area. Sama seperti Hanna, gue juga suka menulis di Wattpad. Hanya aja pengikut sekaligus pembaca gue gak sebanyak Hanna. Well, darimana gue tahu kalau pengikut akun Wattpad-nya banyak? Berterima kasihlah kepada kemampuan stalking gue. Kalau ada waktu, gue mau membaca ceritanya. Bisa jadi dia menulis cerita tentang Rio. Ngomong soal fisik, rambut Hanna lebih pendek dari gue, yaitu tepat dibawah telinga. Wajahnya... lebih ke imut ketimbang cantik. Jadi menurut gue sih, Rio gak akan naksir sama dia. Rio 'kan sukanya cewek cantik, bukan imut.

Kedua adalah Valen. Dia seorang pekerja kantoran yang tinggal di apartemen dekat Mal ini. Awalnya dia cuma mengagumi ketampanan dan bahu bidang Rio dari jauh, setelah Rio meng-upsize minuman cewek itu, dia jadi agresif, terlalu menunjukkan bahwa dia tertarik sama cowok itu. Terkadang dia melebihi batas seperti melontarkan pick-up line aneh. Vanno juga cerita kalau Valen pernah memberikan satu lusin Silky Pudding Puyo untuk Rio. Itu terjadi saat gue lagi libur. Bukannya dibawa pulang ke rumah, malah Rio bagikan ke semua staf yang masuk saat itu. Pantas aja gue pernah lihat ada 6 cup Puyo di chiller. Dari segi fisik, Valen punya gummy smile, rambutnya panjang, tapi kalau gue perhatikan, dia kurang cantik. Sekarang gini, deh, kalau Valen cantik, Rio pasti senang didekati Valen.

Gue punya seorang teman yang gue kenal saat internship di Hotel. Namanya Christian. Dia kuliah di kampus yang sama dengan Rio, dan kaget melihat gue mengunggah story bersama Rio. Gue dan Tian bertukar banyak cerita tentang Rio, sampai akhirnya cowok ini memberikan sebuah warning kepada gue.

"Rio ini hobi tebar pesona. Dia suka bikin cewek jatuh cinta sama dia, meanwhile dia ngerasa yang dia lakuin ke cewek-cewek itu biasa aja. Jadi saran gue, lo hati-hati sama dia. Jangan pernah lo jatuh cinta sama dia."

Ada pesan lain dari Tian yang gue garis bawahi. Tian bilang, dia akan memberikan gue applause kalau berhasil membuat Rio jatuh cinta sama gue. Cowok itu bercerita kalau sekalinya Rio jatuh cinta, dia akan menjadi budak cinta. Dia rela melakukan hal bodoh demi pacarnya. Mungkin, itu juga jadi alasan kenapa dulu dia rela berbohong ke orang tuanya demi ketemu Tricia di luar kota.

Kemudian gue pergi ke locker room dengan mendapati Ryan ada di sana, lagi menyemprot parfumnya. Cowok ini masuk jam 12.00.

"Good afternoon, bitch!" sapa dia dengan nada melambainya.

Gue membalas sapanya ogah-ogahan.

"Lo kenapa? Lemes amat." Tanyanya.

Gue tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala. "Gak apa-apa, Yet."

BREAK THE RULES ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang