Part Twenty Nine : The Devil Made Us Do It

434 30 0
                                    

***

Hai! Aku kasih konflik yang lebih ringan ya di part 29 dan 30. Emosi kalian kudu aku kasih istirahat dulu sebelum masuk ke konflik menjelang tamat wkwkwk.

Sedikit spoiler. Part akan berakhir di part 38 tapi itu bukan akhir dari cerita ini, soalnya akan ada 2 special part dan ending page sebagai penutup dari cerita ini.

"Hah? 2 special part?"
Iya, aku kasih judul special part karena itu adalah POV dari Rio dan Axel. Makin gak sabar kaaaan sama ending dari Break The Rules? :p

Yaudah sekian dulu catatan singkat dari aku. Selamat membaca!

***

Lantai disekitar gue dan Rio bertaburan sama pakaian kami. Sialan lah, godaan setan emang gak kenal waktu maupun tempat. Dari berantem, terus baikan, dan setanpun langsung beraksi menggoda dua manusia lemah iman ini. Tisu ada di customer area dan Kitchen, tapi gak memungkinkan juga kan kalau gue dan Rio pergi mengambil tisu tanpa memakai sehelai pakaian. So, terpaksa gue membersihkan cairan beraroma kaporit ini dengan seragam kerja gue.

"Kacau lo," celetuk Rio, "sange gak tahu tempat!"

"Lah? Ngaca, bangsat!" balas gue hendak melempar seragam gue ke wajahnya.

Rio malah ketawa dan memeluk gue. Iya, we're hugging while naked. Terasa aneh pas dia mencium kening gue setelah melepas pelukannya. Dia benar-benar gak menaruh sedikitpun perasaan ke gue, tapi dia memperlakukan gue layaknya gue adalah pacarnya. Mana bisa gue berhenti naruh hati buat Rio kalau dia terus-terusan memperlakukan gue sespesial ini? Emang bangsat cowok satu ini.

"Gue gak bawa baju lagi loh, Yo." Ucap gue setelah menatap seragam gue cukup lama. Masa iya gue pulang cuma pakai bra dibalik jaket aja? Bisa masuk angin lah!

Lantas, cowok ini melempar seragam kerjanya yang terlalu besar untuk gue pakai. "Pake seragam gue dulu aja."

"Kegedean!" Bayangin aja, dia biasa pakai baju berukuran L sedangkan gue S atau M, gue pasti kelihatan gendut kalau pakai baju kebesaran!

"Yaelah lo tutupin pake jaket ini!"

Gue cuma menghela nafas pasrah mendengar jawaban dia. Yaudah lah, seenggaknya menghindari masuk angin. Plus, gue bisa menghirup aroma tubuh Rio dari seragamnya ini.

Dan akhirnya kami berjalan menuju parkiran motor. Kalau jam operasional Mal udah lewat dari 1 jam, maka seluruh akses keluar-masuk pengunjung ditutup. Akses satu-satunya yang tersisa adalah loading dock. Cukup jauh sih jarak dari Moonbucks menuju loading dock, harus turun pakai eskalator yang udah dimatikan, terus jalan kearah loading dock yang letaknya disudut Mal.

Kali ini, guelah yang lebih banyak bercerita. Segala hal gue ceritakan, termasuk hari-hari gue selama gue mengabaikan cowok ini. Para staf selalu bertanya tentang masalah antara gue dan Rio. Aneh bagi mereka melihat gue dan Rio gak berinteraksi selama beberapa hari. Aneh banget malah.

"Mereka tuh ngira kita berantem karena gue sakit hati gara-gara kalimat kasar lo. Padahal, mah..." gue menyeringai kearah cowok itu.

"Payah!" Rio malah mendorong kepala gue dengan telapak tangannya. "Profesional, Re!"

"I've tried, Yo! Tapi susah. Soalnya tiap ngelihat muka lo tuh bawaannya pengen gue tonjok terus saking keselnya."

"Wah, anjing!" Cowok ini langsung beraksi menyiksa gue dengan cara-cara seperti biasa. Salah satunya, mengelitik pinggang gue.

BREAK THE RULES ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang