Chapter 4

7.5K 934 398
                                    

Sejak dulu, Chanyeol memang tidak pernah terbuka kepada orang lain terutama dengan sesuatu yang menyangkut hubungan pribadinya. Termasuk kepada Sehun yang notabenenya adalah adik kandungnya sendiri atau beberapa anggota RAVEN yang dikenal dekat dengannya. Akan tetapi tanpa diberitahu pun orang-orang tahu bahwa seorang pria muda dengan sepasang bulan sabit yang melingkupi kelereng cokelat madu itu memiliki tempat terkhusus dihati putra sulung mendiang Park Won Hae.

Maka ketika tiba-tiba pria mungil itu menghilang bak ditelan bumi, tidak ada ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tidak seorangpun tahu sebesar apa pengaruh eksistensi pria itu untuk Chanyeol. Tidak, hingga malam itu Kai bersama Minseok dengan ketakutan dikedua matanya mematung menyaksikan sepasang keperakan milik Chanyeol yang biasanya bercahaya menghilang. Setelah itu Chanyeol tidak pernah sama lagi.

Mungkin untuk beberapa waktu Kai merindukan Chanyeol yang dulu. Namun kehadiran Baekhyun bukan salah satunya. Dia tidak mengharapkan pria itu kembali muncul. Tidak pernah.

"Tenangkan dirimu" ucap Mark sambil menyodorkan satu gelas air dan kantong yang telah dia isi dengan es batu kepada Kai.

Mereka kini sedang berada di RAVEN, tepatnya dilantai paling atas dimana yang bisa mengakses lantai Club itu hanya orang-orang yang pemiliknya percaya.

"Bisakah kau mengambilkanku Bourbon(jenis whiskey) saja ?"

"Tidak, kau perlu menjernihkan isi kepalamu" ucap Mark dengan tegas.

Kai meraih air minum itu dengan gerakan kasar dan meneguknya dengan cepat. Mark menjatuhkan bokongnya diatas sofa yang berseberangan dengan tempat duduk Kai dan menatapnya dengan rasa khawatir. Kai menundukkan kepalanya, menyokong keningnya dengan tangannya.

Beberapa waktu yang lalu Mark berhadapan dengan kemarahan Minseok, hari ini dia berhadapan dengan kemarahan Kai. Padahal Mark tahu bahwa dua orang itu memiliki pembawaan yang tenang. Tidak mudah terprovokasi. Benar bahwa kemunculan Baekhyun membuat mereka berdua terkejut. Namun mencekiknya ditempat umum ?. Mark rasa Kai telah kehilangan akal sehatnya dan tidak menyadari apa yang telah dia lakukan.

Bagaimanapun Mark berhasil menghentikan Kai walaupun dia harus menonjok rahangnya dengan terpaksa.

"Kita harus memberitahu, Bos"

"Tidak" ucap Kai dengan cepat. Kepalanya terangkat dan menatap Mark dengan tajam.

"Dia berhak tahu" ucap Mark.

"Lalu apa ?"

"Hyung"

"Mark, cukup. Kita tidak akan memberitahunya dan Bos tidak perlu mengetahuinya. Anggap saja apa yang terjadi-"

"Apa yang tidak perlu kuketahui ?"

Kai menelan ludahnya dengan kasar begitu suara rendah itu menginterupsi. Sedangkan Mark memejamkan matanya, tahu bahwa pada akhirnya mereka harus mengatakannya pada bosnya.

"B-bos.."

Chanyeol telah berdiri diambang pintu dengan jas hitam yang tidak dikancingkan dan dibalut turtle neck berwarna ebony. Dibelakangnya berdiri Minseok. Sepertinya keduanya baru kembali dari kantor.

Chanyeol melirik Kai dan Mark bergantian lalu melangkah untuk mendudukkan dirinya diatas sofa. Minseok mengikuti dibelakangnya, dan mengambil tempat duduk disamping Kai. Sekretaris itu sedikit bingung dengan atmosfer diantara Mark dan Kai.

"Jadi, apa yang tidak perlu kuketahui ?"

Seorang Park Chanyeol tidak suka mengulangi kalimatnya. Maka ketika pria itu melakukannya, Mark langsung menegang ditempat duduknya. Sementara Kai tersentak saat mendengar suara sarung tangan kulit yang baru saja Chanyeol lemparkan diatas meja.

THE ASHEN EYES (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang