Chapter 12

8.9K 860 515
                                    

Baekhyun baru saja menjemput Saehee, kali ini Chanyeol tidak mengantarnya karena pria itu terlihat terburu-buru. Bukan berarti bahwa Baekhyun mengharapkannya, namun putrinya tadi sempat bertanya apakah paman perinya tidak datang. Dalam tahap ini, dia khawatir jika Saehee terlalu dekat dengan Chanyeol atau terbiasa dengan kehadiran pria itu. Baekhyun sebenarnya baik-baik saja terhadap interaksi keduanya walaupun hatinya akan menghangat juga sedih dalam waktu yang bersamaan. Dia hingga saat ini masih tidak mengerti bagaimana pemilik iris keperakan itu selalu bisa mengalah dan menurut dihadapan putrinya yang mana membuatnya khawatir jika ini terus berlangsung, maka bukankah itu akan membuat Chanyeol semakin terbebani ?.

Lamunannya berakhir saat panggilan masuk dari smartphonenya.

“Margaréth ?”. Senyum Baekhyun mengembang begitu membaca nama itu. Kemudian segera mengangkatnya.

“Halo”

“Baekhyun ?. Oh !, ini benar kau ?”

Baekhyun tertawa kecil, “Ya, tentu saja ini aku”

Margaréth. Wanita berusia 24 tahun itu merupakan tetangga flatnya saat di Munchën. Margaréth tidak tinggal sendiri melainkan bersama kekasihnya, Wilhelm. Mereka banyak membantu Baekhyun selama ini. Ditengah-tengah hatinya yang berjuang menghadapi kesedihannya, Margaréth datang bersama senyum ramahnya. Memperkenalkan diri sebagai tetangga flatnya. Wanita itu juga yang membantu Baekhyun belajar bahasa Inggris dan Jerman yang luar biasa sulit untuknya.

Tinggal di Munchën dia belajar bahwa mencari pekerjaan adalah hal yang paling sulit karena hampir semua tempat menuntut pegawainya untuk dapat berbahasa Jerman, atau minimal memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik. Baekhyun menghabiskan 6 bulan pertamanya dengan menangis setiap malam dan Margaréth akan selalu disana untuk menepuk punggungnya.

“Kukira aku salah orang. Aku tadi menelponmu tapi tidak mendengarmu suaramu sama sekali”

“Kau menelponku ?” Baekhyun terdengar bingung ketika Margaréth mengatakannya. Apakah ketika aku berada dikamar mandi ?, batin pria mungil itu lalu disusul semburat merah muda dikedua pipinya, teringat kembali dengan kejadian dikamar mandi ketika Chanyeol mengoleskan salep itu untuk dirinya sebelum pria mungil itu berangkat untuk menjemput Saehee. Walaupun terdengar dingin, dia ingin percaya bahwa Chanyeol benar-benar peduli padanya.

“Ya. Bagaimanapun, aku sangat merindukanmu !. Tidak ada yang membuatkanku nasi goreng kimchi sekarang dan lagi, bagaimana bisa kau belum menghubungiku sama sekali ?!” ucap Margaréth dengan intonasi suaranya yang meninggi padahal wanita itu baru saja terdengar sedih saat mengatakan merindukan masakannya.

“Aku minta maaf karena belum sempat menghubungimu. Aku.. sedikit sibuk”

“Lebih tepatnya kau tidak membiarkan tubuhmu untuk beristirahat. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, mengerti ?”

“Ya, tentu. Terimakasih”

“Ngomong-ngomong dimana putriku ?”

“Aku tidak ingat kau melahirkannya”

“Hei !, aku bahkan mengganti popoknya”

“Sekali” ralat Baekhyun kemudian terdengar suara tawa dari seberang.

“Hahaha.. paling tidak aku selalu menemaninya bermain rumah-rumahan”

“Papa, Saehee ingin bertanya.. ” anak itu datang dari kamar namun segera menjeda ucapannya ketika melihat Baekhyun dengan smartphone ditelinganya. “Saehee diam ?”. Putrinya berbisik dengan suaranya yang kecil sambil menutup mulutnya dengan buku berhitungnya. Baekhyun mengulas senyumnya, meraih tangan balitanya untuk mendekat.

THE ASHEN EYES (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang