Baekhyun adalah secangkir teh dipagi hari. Hangat ketika bersinggungan dengan permukaan jarinya. Harumnya lembut ketika menyentuh indera penciuman. Manis diujung lidahnya, masuk melalui tenggorokan dan menghadirkan ketenangan yang menyebar dihatinya. Baekhyun adalah kanvas yang berada di studionya. Kosong dan banyak hal yang memenuhi kepalanya ketika berada didepannya pertama kali. Banyak warna yang berada diatas paletnya namun pria itu selalu kesulitan untuk merepresentasikan kecantikannya. Baekhyun adalah hujan deras yang melawan keras beton dinding yang telah dia bangun untuk kemudian membasahi tanah kering gurun didalam hatinya. Membuatnya roboh dan membentuk celah untuk senyum secerah matahari menerangi hari-harinya. Baekhyun bukan separuh jiwanya melainkan..
“Chanyeol..?”
Tangannya berhenti ketika mendengar namanya dipanggil. Sipit milik pria mungilnya mengerjap beberapa kali, membiasakan sinar matahari yang masuk dari jendela kamar mereka. Chanyeol mengulas senyum ketika malaikat disampingnya sedikit menggeliat dibalik selimut lembut yang menutupi punggung telanjangnya.
Mengarahkan pandangannya diatas catatannya, Chanyeol menggerakkan kembali pena yang berada ditangannya. Merampungkan kalimat yang dia tulis sebelumnya.
Baekhyun bukan separuh jiwanya melainkan.. bagian dari jiwanya.
Kemudian menutup buku catatan dan menaruhnya kedalam laci. Chanyeol membalik tubuhnya untuk menghadap pria mungilnya dan beringsut bergabung kembali kedalam selimut. Melingkarkan lengan dipinggang yang lebih kecil sambil menelusupkan kepalanya diantara ceruk leher Baekhyun. Bibirnya perlahan membuat garis lengkung senyuman ketika merasakan jari-jari Baekhyun diantara surainya. Mengelusnya dengan penuh kasih sayang.
Lusa lalu mereka memanfaatkan waktu sebanyak mungkin untuk Saehee. Seperti mengunjungi supermarket setempat dan memasak bersama. Pria itu juga mengajak Baekhyun dan Saehee ke tempat pembuatan keramik. Mereka mendapatkan waktu menyenangkan ketika belajar membuatnya, terutama Saehee dengan keseriusannya yang terlihat menggemaskan dimata Baekhyun juga Chanyeol.
“Chanyeol, kita harus bangun”
Chanyeol hanya berdehem lirih, kini justru menyamankan kepalanya diantara leher dan tulang selangkanya. Pria mungil itu memanggil kembali namun tetap mendapatkan respon yang sama.
“Coba gunakan kata-kata ajaib lalu aku akan bangun”
Ajaib ?, ulang Baekhyun didalam kepalanya. Pria mungil itu berpikir dengan keras. Mungkinkah pria itu ingin Baekhyun merayunya ?. Memikirkannya saja telah berhasil membawa warna merah muda dikedua pipinya.
Mengulum bibirnya kedalam, Baekhyun dengan perlahan berucap dengan malu-malu. “D-Daddy, kita harus bangun..”
Chanyeol terkekeh lirih, baru kemudian menarik diri. Mengapit dagu yang lebih kecil untuk mempertemukan bibir mereka. Merasakan tekstur lembut belah bibir itu diantara miliknya sebelum mengakhirinya pada sudut bibirnya. Menggosokkan ujung hidung keduanya dan tersenyum ketika merasakan usapan tangan Baekhyun pada tindikan yang berada ditelinganya.
“Baekhyun”
“Ya ?”
“Aku berpikir untuk mengundang kerabatku hari ini untuk makan malam, memberitahu mereka tentang pernikahan kita”
Mereka telah memiliki pembicaraan mengenai kapan pernikahan akan diselenggarakan dan sampai pada keputusan yaitu kurang satu bulan dari sekarang. Baekhyun menghubungi Margaréth dan Wilhelm namun selain itu mereka belum memberitahu rencana pernikahan mereka pada siapapun.
“Kita memang harus memberitahu keluargamu. Aku hanya.. berharap mereka dapat menerimaku” ucap Baekhyun melirih diakhir.
“Sungguh, penerimaan mereka bukan hal yang penting bagiku tapi aku akan memastikannya jika itu dapat membuat hatimu tenang” jawab Chanyeol sambil mengelus sisi pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ASHEN EYES (completed)
Любовные романыJika Baekhyun tidak mampu bertahan, maka dapat dipastikan sekarang tubuhnya telah berada didasar lautan. Namun untuk pemilik iris abu-abu itu dia akan bertahan. Bahkan jika esok dunia berakhir didepan matanya, Baekhyun akan selalu melindunginya. Ses...