Chapter 18

11.6K 846 468
                                    

Langit masih begitu gelap ketika sepasang gagak yang menampilkan iris kelabu itu terbuka. Menemukan cahaya remang-remang keemasan dari lampu kamar, tangan kiri itu menyugar surainya disusul dengan suara erangan lirih. Chanyeol menoleh kekanan, menemukan jam yang masih menunjukan pukul 4 pagi. Melirik sebelah kirinya, pria itu menemukan wajah damai pemilik hatinya yang terlelap didalam tidurnya. Kedua tangannya tertangkup didepan mulutnya yang sedikit terbuka. Chanyeol merapikan anak rambut pria mungil itu yang tidak beraturan kemudian merunduk untuk menyematkan ciuman kecil dipelipisnya. Setelah itu Chanyeol menyibak selimutnya dan turun dari ranjang dengan hati-hati, tidak ingin yang lebih kecil terbangun.

Karena dia bukan tipikal orang yang bisa tidur kembali setelah bangun, jadi Chanyeol melangkah meja yang terletak tidak jauh dari pintu kamar. Membuka lacinya, dia mengeluarkan sebuah buku sketsa yang cukup besar dan satu pensil. Chanyeol menarik kursi untuk lebih dekat dengan Baekhyun yang tertidur diranjangnya kemudian mulai menggoreskan grafit itu diatas kertas.

Selama ini Chanyeol tidak pernah konsisten pada lukisannya. Dia mencoba berbagai aliran seni namun tanpa dia sadari kebanyakan yang berada di studionya merupakan aliran romantisme dan realisme. Diatas kanvas maupun kertas kosong itu Chanyeol menumpahkan emosinya, membiarkan pikirannya untuk tenang sejenak. Tentu ada saat-saat dimana melukis tidak lagi bekerja untuknya sehingga berlari di jalan lain, yaitu obat-obatan. Awalnya, dokter memberikan obat berdasarkan resep untuk membantunya tidur karena insomnianya. Namun ketika obat-obatan itu tidak lagi efektif padanya, dia mulai mengonsumsi  depresan. Salah satunya Xanax. Semua yang berada di mansion tahu kapan tepatnya dia memiliki kecanduan dan semakin bertambah parah seiring waktu.

Saat ini dia sedang berusaha untuk mengurangi konsumsi alkohol dan tembakau. Sebenarnya dokter  telah lama memperingatinya bahwa alkohol adalah yang paling mudah untuk membuat seseorang kembali kepada obat-obatan. Oleh karena itu Chanyeol sampai saat ini selalu menyempatkan diri untuk  melakukan check-up rutin bersama dokternya. Bagaimanapun sejak Baekhyun kembali, dia merasa telah jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Manik kelabunya melirik pria mungil yang terlelap bengitu nyaman diatas ranjang. Memandang alis yang berada diatas bulan sabitnya  yang tertutup. Pandangannya turun menuju bulu matanya yang berjajar rapi, melengkung dengan cantik dibawah minimnya cahaya dari lampu kamar. Bahu telanjangnya sedikit mengintip dari kemeja miliknya yang kebesaran. Ya, semalam Chanyeol terpaksa memberikan Baekhyun pakaian miliknya karena tidak mungkin pria mungil itu tidur menggunakan baju yang dia pakai saat mengunjungi RAVEN karena pasti itu tidak terasa nyaman.

Chanyeol sibuk menggambar wajah malaikatnya untuk 30 menit berikutnya sebelum memutuskan untuk menyudahinya. Beranjak dari tempat duduknya lalu menyimpan buku sketsa itu kembali. Kakinya dia bawa keluar dari kamar untuk turun menuju kedapur sebelum tubuhnya berhenti ketika mendengar samar-samar suara Saehee. Alarm imajiner itu langsung menyala didalam kepalanya dan Chanyeol segera berjalan dengan cepat menuju kamar yang ditempati oleh Saehee.

Ketika membuka pintu kamar putrinya, dia langsung disambut oleh Saehee yang menangis sambil memanggil papanya. Mencoba untuk tidak mengejutkannya, Chanyeol melangkah dengan pelan mendekati Saehee.

“Saehee. Hei, ada apa baby ?”

Balita itu menoleh ketika mendengar suara yang familiar. “Hiks.. d-daddy..”

“Shh, shh. Ada apa, heum ?” tanya Chanyeol mendudukkan dirinya diatas ranjang kemudian membawa balita itu kedalam pelukannya ketika Saehee mengangkat dua tangannya. Dia menempatkan tubuh anak itu diatas pangkuannya sambil menepuk-nepuk bokongnya. Chanyeol juga sedikit menggerakkan badannya kekanan dan kekiri berharap membuat tangis putrinya berhenti.

Chanyeol sejujurnya sama sekali tidak tahu bagaimna menenangkan seorang anak yang sedang menangis. Akan tetapi dia sedikit ingat bahwa dulu ibunya atau bibi Munyeong pernah memangkunya dan mengelus punggungnya hingga dia berhenti menangis. Jadi dia berharap hal itu juga bekerja untuk Saehee.

THE ASHEN EYES (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang